HTML

materi kuliah

Selasa, 27 Juli 2010

malaria

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan dalam sistem kesehatan nasional dirumuskan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut pemerintah dengan segala keputusan dan fasilitas yang ada berupaya agar seluruh lapisan masyarakat dapat meraih serta menikmati hidup sehat yang meliputi : sehat fisik, sosial serta bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mempengaruhi perkembangan pelayanan asuhan keperawatan serta mengharuskan terjadinya pergeseran keperawatan tradisional menuju keperawatan moderen yang dilandasi ilmu pengetahuan, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu diperlukan pelayanan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. Khususnya pada klien malaria agar dapat memberikan perawatan yang tepat dalam membantu klien mencapai kesehatan yang optimal, dan memelihara terjadinya penularan penyakit.
Malaria merupakan penyakit menular terutama untuk kalangan petugas kesehatan utamanya : Dokter, perawat, petugas laboratorium, karena selalu kontak dengan cairan tubuh penderita.
Insiden penyakit malaria di Ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. Untuk tahun 2008 23 orang dan periode Januari sampai Juni 2009 sebanyak 11 orang
Selanjutnya kasus tersebut merupakan kelanjutan dari materi ujian praktek pada ujian akhir program di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep selama 3 hari yang dilaksanakan dari tanggal 15 s.d 17 Agustus 2007.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis menyusun karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. “R” dengan Malaria di ruang Perawatan Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini, penulis membagi menjadi dua yaitu :


1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan/gambaran nyata perawatan klien dengan Malaria dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien dengan Malaria.
b. Dapat menganalisa kemungkinan masalah yang dapat terjadi berdasarkan pengelompokan data dan menyusun diagnosa keperawatan.
c. Dapat membuat rencana keperawatan pada klien dengan Malaria.
d. Dapat melakukan evaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Malaria.
e. Dapat mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan klien Malaria.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada D. III Keperawatan di Akademi Keperawatan Yapenas 21 Maros.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khusus pada bagian terkait.
3. Sebagai bahan bacaan bagi rekan – rekan perawat.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis untuk memperoleh bahan penulis dan data-data lainnya, penulis menggunakan metode antara lain:
1. Studi kepustakaan
Dengan studi kepustakaan banyak mendapatkan bahan masukan untuk melandasi konsep dasar teori, baik konsep medis maupun konsep keperawatan. Adapun sumber yang dimaksud adalah dengan buku-buku diktat serta majalah kesehatan yang ada hubungannya dengan masalah penulisan karya tulis ini.
2. Studi kasus
Melalui keperawatan klien dengan Malaria yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep yang terdiri dari empat tahap yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi dengan sekaligus observasi, wawancara dengan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun dalam bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Yang berisikan : latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Kepustakaan
Yang dibahas dalam kepustakaan ini adalah :
Konsep dasar teori Malaria yang meliputi pengertian, anatomi, patofisiologi, etiologi, klasifikasi/jenis virus Malaria, manifestasi klinik, penularan, pencegahan dan pengobatan, komplikasi, pemeriksaan diagnostik.
BAB III : Laporan Kasus
Yang menguraikan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian data, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Disini dibahas tentang adanya kesenjangan antara teori dan proses keperawatan dengan kenyataan yang didapat di lahan praktek dan cara pemecahannya.
BAB V : Kesimpulan dan saran


BAB. II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay & Raharja, 2000).

2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).

3. Jenis-jenis malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.
Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.



d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit
ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

4. Karakteristik nyamuk
Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran
rendah
b .Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang
mengigit manusia (menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan
sudut 48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g. Lebih senang hidup di daerah rawa

5. Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).

b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.




6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :

a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :

1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571).
Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).

d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan

2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

7. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.

2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler
(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal
dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies
plasmodium yang tepat.

4) Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.

c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:

a. Malaria Tersiana/ Kuartana
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)

b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari

9. Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :

a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

d. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

e. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun (< style="font-weight: bold;">B.


Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Dasar data pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
b. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
c. . Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
d. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau
koma.
e. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
e. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
a Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah

Tindakan/ Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia
3) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4) Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control
5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

b Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.

Tindakan/ Intervensi :
1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.
2) Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
4) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum
5) Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria

c Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

Tindakan/ intervensi :
1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan diagnosis.
2) Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4) Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
5) Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.

d Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh
Tindakan/ intervensi :
1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
2) Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.
Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah
3) Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.
4) Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
5) Berikan cairan parenteral.
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.

e Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.




Tindakan/ intervensi:
1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
2) Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
3) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.
5) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
6) Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
7) Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.

















BAB. III
TINJAUAN KASUS


Tanggal Masuk : 29 Juli 2008
Tanggal Pengujian : 03 Agustus 2008
DX : Malaria
Ruangan : Mawar
No. Reg. : 04.80.83

A. Biodata
I. Identitas Klien
Nama : Tn. “R”
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kampung Baru Bungoro
Status : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta

Identitas Penanggung
JAMKESDA

II. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama : demam
Riwayat keluhan utama : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan suhu tubuh meningkat, keluhan yang dirasakan secara tiba-tiba yang tidak diketahui penyebabnya. Sifat keluhan yang dirasakan menyebar keseluruh tubuh hingga akhirnya masuk rumah sakit pada tanggal
29 Juli 2008.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Klien tidak pernah dioperasi
2. Klien tidak pernah kecelakaan
3. Klien tidak mempunyai riwayat alergi tapi merokok
4. Pernah masuk rumah sakit dengan penyakit malaria

3. Riwayat kesehatan sekarang
- Tidak ada alergi terhadap obat-obatan
- Keadaan lemah
- Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi












Keterangan:

= Laki-laki = Garis keturunan
= Perempuan = Garis perkawinan
X = Meninggal = Garis seniman
? = Tidak diketahui umur = Klien Febris (suspek malaria)

Keterangan kesimpulan :
GI : Nenek dari ayah dan ibu meninggal karena faktor usia, tapi nenek perempuan masih dalam keadaan sehat.
GII : Orang tua serta saudara-saudaranya masih dalam keadaan sehat
GIII : Klien dengan malaria

III. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran : kompos mentis
c. TB : 164 cm
BB sebelum sakit : 64
BB saat sakit : 55!
TTV : TD = 110 / 70 mmHg
N = 72 x / i
P = 20 x / i
S = 37,4oC

IV. Keadaan Kulit
Inspeksi : - Kulit warna sawo matang
- Klien nampak kotor
- Tidak ada kelainan kulit
Palpasi : - Turgor kulit baik
- Teraba hangat

A. Kepala dan leher
Inspeksi : - Warna rambut hitam
- Tidak tampak pembesaran thyroid
- Penyebaran rambut tampak merata
- Bentuk kepala Meshocepal
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba massa/benjolan
- Tidak terdapat pembesaran limfe

B. Telinga
Inspeksi : - Bentuk telinga simetris kiri dan kanan
- Tidak tampak adanya benjolan
- Tidak memakai alat bantu pendengaran
Palpasi : - Tidak teraba massa/benjolan
- Tidak ada nyeri tekan

C. Mata
Inspeksi : - Tampak simetris kiri dan kanan
- Pupil isokor terhadap cahaya
- Konjungtiva tidak tampak anemis
- Pergerakan bola mata ke segala arah
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa

D. Hidung
Inspeksi : - Simetris kiri dan kanan
- Tidak tampak adanya benjolan
- Tidak tampak adanya pengeluaran sekret/pendarahan
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa/benjolan

E. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : - Lidah tampak kotor
- Gigi tampak bersih
- Tidak memakai gigi palsu
- Tidak ada gangguan menelan
Palpasi : - Tidak teraba adanya massa
- Tidak terdapat nyeri tekan

V. Dada dan Paru-paru
a. Inspeksi : - Bentuk dada simetris kiri dan kanan
- Bentuk dada normal chest
- Pergerakan dada mengikuti irama pernapasan
b. Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa
c. Perkusi : - Bunyi perkusi pekak
d. Auskultasi : - Bunyi vesikuler pada seluruh lapang paru
- Tidak terdengar bunyi tambahan

VI. Jantung
a. Inspeksi : - Tidak tampak ictus cordis
- Tidak tampak pembesaran jantung
b. Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
- Teraba ictus cordis
c. Perkusi : - Bunyi jantung pekak
d. Auskultasi : - Bunyi jantung I kuat reguler/murni pada 1 cs 4 dan 5
- Bunyi jantung II terdengar murni pada 1 cs 2

VII. Abdomen
a. Inspeksi : - Simetris kiri dan kanan
- Tidak tampak adanya pembesaran abdomen
b. Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
- Tidak teraba adanya massa
c. Perkusi : Bunyi perut tympani
d. Auskultasi : - Peristaltik usus 5 x/i
- Tidak ada bising usus
VIII. Genitalia dan Anus
Tidak dikaji karena klien tidak bersedia
IX. Ekstremitas
1. Atas
- Inspeksi : - Tampak terpasang infus di lengan kanan
- Kekuatan otot baik
- Bisep (+)
- Trisep (+)
- Palpasi : - Tidak teraba nyeri tekan
- Tidak terdapat pembengkakan

2. Bawah
- Inspeksi : - Tidak terdapat kelainan
- Pergerakan baik
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : - Refleksi patella kiri dan kanan +/+
- Refleksi babynsky -/-

X. Status Neurologis
- Fungsi cerebral
Status mental, orientasi terhadap, tempat, waktu, orang baik.
- Fungsi cranial
1. NI (Olfaktorius) = Dapat membedakan bau
2. NII (Optikus) = Dapat membedakan bau
3. NIII (Ocuiomotorius) = Reaksi pupil terhadap cahaya isoteor
4. NIV (Throclearts) = Gerakan bola mata kesegala arah
5. NV (Trigeminus) = Klien dapat merasakan sentuhan
6. NVI (Abducen) = Klien dapat melihat ke segala arah
7. NVII (Facialis) = Fungsi pengecapan baik
8. NVIII (Acusticus) = Fungsi pendengaran baik
9. NIX (Glassofasiengens) = Refleksi menelan baik
10. NX (Vagus) = Fungsi pengecapan baik
11. NXI (Asesortus) = Klien dapat menggerakkan kepala
12. NXII (Hipoglosus) = Klien dapat menggerakkan lidah kesegala arah

XI. Pola Kegiatan Sehari-hari
Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Selama Sakit
I. Nutrisi
1. Pola makan
2. Frekuensi makan
3. Nafsu makan
4. Porsi makan
5. BB

II. Cairan
- Pola minum
- Jumlah minum


III. Eleminasi
- Bak frekuensi
Warna
Bau

- BAB frekuensi
Warna
Konsistensi

IV. Olahraga
Aktivitas


V. Istirahat tidur
Tidur siang
Tidur malam
Pola tidur

VI. Hygiene
Mandi
Cuci rambut
Gosok gigi
Nasi, sayur, lauk
3x sehari
Baik
Dihabiskan
64


Air putih/teh
8 gelas/hari



3x sehari
Kuning
Amoniak


Kuning
Lunak


Tidak ada
Sendiri


14.00 – 17.00
21.00 – 06.00
Tidak ada masalah


3x sehari
2x seminggu
2x sehari
Nasi, sayur
3x sehari
Menurun
Tidak dihabiskan
55


Air putih
6 gelas/hari



2x sehari
Kuning
Amoniak


Kuning
Lunak


Tidak pernah dibantu keluarga


15.00 – 16.00
22.00 – 05.00
Sering terbangun


Tidak pernah
Tidak pernah
1x sehari

XII. Pola Interaksi Sosial
- Hubungan keluarga baik
- Bila ada masalah dibicarakan dengan istri
- Komunikasi dengan tetangga baik


XIII. - Kesehatan sosial
- Rumah tidak terlalu bising
- Rumah tidak terkena banjir bila hujan
- Jumlah penghuni 4 orang

XIV. Kegiatan Keagamaan
Melaksanakan shalat 5 waktu

XV. Pengobatan dan Perawatan
- Pengobatan
a. Pasang infus RL
b. Injeksi bolus :
- Ceftriaxone IV / 24 jam
- Pemeriksaan Lab.
GDS = 87 mg / dc
GGOT = 25,5 V / L
SGPT = 30,5 V / L
Ilenum = 40,1 mg / dl
HGB = 10,3


KLASIFIKASI DATA

DS : - Klien mengatakan keadaan tubuhnya lemah
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Klien mengatakan porsi makan dihabiskan
- Klien mengatakan tidak pernah mandi selama di rumah sakit
- Klien mengeluh panas
- Klien mengeluh sering terbangun
- Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
DO : - Klien tampak lemah
- Lidah tampak kotor
- Timbangan menurun 55 kg
- Klien tampak kotor
- Klien tampak gelisah
- TTV
TD : 110 / 70 mmHg
S : 37,4oC
P : 20 x / i
N : 72 x / i



ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah
Ds :
- Klien mengatakan keada-annya lemah
- Klien mengeluh panas

DO :
- Klien tampak lemah
- Klien teraba hangat
- Klien tampak gelisah
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
P : 20 x / i
N : 72 x / i
S : 37,4oC
Infaksi kuman dalam tubuh


Melakukan proses peradangan


Bakteri melepas endotoksin


Impuls disampaikan ke hipotalamus


Suhu tubuh meningkat
Hipertermi












DS :
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Klien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan

DO :
- Klien tampak lemah
- Timbangan menurun
- Lidah tampak kotor Infaksi virus ke saluran cerna


Menstimulasi vomiting centre


Terjadi reaksi mual muntah nafsu makan menurun


Intake nutrisi kurang Gangguan pemenuhan nutrisi




Data
Etiologi Masalah
DS :
- Klien mengatakan sering terbangun
- Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
- Klien mengatakan tidak bisa tidur

DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak lemah






Stimulus demam yang tinggi

Merangsang susunan saraf otonom mengaktivasi RAS

Mengaktifkan kerja organ tubuh

Tidak ada ketenangan karena kebisingan

REM menurun

Aktivitas istirahat tidur terganggu
Gangguan istirahat tidur














DS :
- Klien mengatakan tidak pernah mandi

DO :
- Klien tampak kotor Proses penyakit

Virus plasmodium menghancurkan sel darah merah dalam tubuh

Anemia

Kelemahan

Penurunan kekuatan otot, tonus, aktivitas, refleks

Gangguan personal hygiene Personal hygiene terganggu

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d adanya proses inflamasi ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan keadaannya lemah
- Klien mengeluh panas.

DO :
- Klien tampak lemah
- Klien teraba hangat
- Klien tampak geli-sah
- TTV
TD : 110/70 mmHg
P : 20 x/ i
N : 72 x / i
S : 37,4oC Pemenuhan gangguan peningkatan suhu tubuh klien dengan kriteria :
- Klien tidak panas lagi
- Klien tidak gelisah lagi
- TTV dalam keadaan normal
1. Observasi tanda-tanda vital


2. Anjurkan keluarga untuk kompres hangat
3. Anjurkan klien banyak minum





4. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan anti-piretik. 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
2. Dapat mengurangi panas klien
3. Dengan banyak minum dapat menghambat kuman menyebar ke dalam tubuh.
4. Dapat menurunkan panas klien.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d Anoreksia ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Klien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan

DO :
- Klien tampak lemah
- Timbangan menurun
- Lidah tampak kotor Kebutuhan nut-risi terpenuhi dengan kriteria:
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan meningkat
- Porsi makan dihabiskan
- Timbangan meningkat 1. Kaji pola nutrisi klien





2. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering






3. Timbang berat klien


- Dapat membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya
- Makan sedikit-sedikit memberi kesempatan pada usus untuk meng-absorbsi makanan
- Untuk mengetahui adanya penambahan berat badan
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
4. Anjurkan kepada keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi




5. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi

6. Penatalaksanaan pemberian vitamin - Merangsang nafsu makan klien serta mengurangi rasa bosan sehingga menambah nafsu makan klien.
- Supaya klien mengerti dan lebih kooperatif perawatan
- Merangsang peningkatan nafsu makan klien
3. Gangguan istirahat tidur b/d lingkungan yang tidak tenang ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan sering terbangun
- Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
- Klien mengatakan tidak bisa tidur

DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak lemah Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan kriteria:
- Klien dapat tidur nyenyak
- Klien tidak gelisah 1. Kaji pola tidur klien




2. Kaji faktor yang menyebabkan klien tidak bisa tidur

3. Anjurkan kepada keluarga untuk menciptakan susana tenang
4. Jelaskan pada klien pentingnya istirahat tidur - Dapat membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya
- Dapat membantu dalam tindakan selanjutnya
- Agar dapat memberikan kenyamanan pada klien
- Istirahat bisa memberikan kesempatan pada tubuh untuk memperbaiki sel yang rusak dan mengenda-likan fungsi jaringan
No.
Diagnosa Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
4. Gangguan personal hygiene b/d kurangnya pengetahuan tentang kebersihan diri ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan tidak pernah mandi

DO :
- Klien tampak kotor Kebutuhan per-sonal Hygien terpenuhi dengan kriteria:
- Klien tampak bersih
- Klien merasa nyaman 1. Kaji kebersihan diri klien




2. Bantu klien dalam mengatasi kebersihan dirinya (mandi)

3. Anjurkan pada keluarga untuk menjaga keber-sihan klien

4. Beri HE tentang pentingnya kebersihan diri - Dapat membantu dalam penentuan tindakan selanjutnya
- Agar klien merasa nyaman dan tampak bersih
- Agar klien tetap merasa nyaman dan tidak merasa gerah
- Agar klien bisa me-ngerti tentang pen-tingnya kebersihan diri



CATATAN PERKEMBANGAN
No. Jam/
Hari Implementasi Evaluasi
1. Senin 08.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil : TD : 110 / 70 mmHg
N : 72 x/i
P : 20 x/i
S : 36,4oC
2. Menganjurkan keluarga untuk kompres hangat bila timbul demam.
Hasil : Keluarga memberikan kompres hangat
3. Menganjurkan klien banyak minum.
Hasil : Klien minum  8915/hr
4. Penatalaksanaan pemberian obat-obatan antipiretik
Hasil : Paracetamol tablet 3 x 1 hari Senin jam 09.00

S : Klien mengatakan tidak panas lagi

O : Keluhan utama tampak baik

A : Masalah sebagian teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2
2. Senin
09.05


09.10




09.15

09.20




09.25



09.30


1. Mengkaji pola nutrisi klien.
Hasil : Klien menghabiskan ma-kanannya
2. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering.
Hasil : Klien mengatakan akan coba makan sedikit demi sedikit
3. Menimbang berat badan
Hasil : 55 kg
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Hasil : Keluarga mau menyiap-kan makanan bervariasi
5. Menjelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi
Hasil : Klien mengerti tentang pentingnya nutrisi
6. Penatalaksanaan pemberian vitamin.
Hasil : B1, B6, B12 3 x 1/hari
Jam 09.40

S : Klien mengatakan porsi makan dihabiskan

O : - Porsi makan dihabis-kan
- Timbang tidak ada perubahan
sebelum sakit 64 kg, saat sakit 55 kg.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
2, 3, dan 4
No.
Jam/
Hari Implementasi Evaluasi
3. Selasa 08.10 1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil : TD : 120 / 90 mmHg
N : 72 x/i
P : 20 x/i
S : 37oC
2. Menganjurkan keluarga untuk kompres hangat bila timbul demam.
Hasil : Keluarga siap mem-berikan kompres hangat Selasa jam 08.30

S : Klien mengatakan tidak demam lagi

O : Keluarga utama tampak baik

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
4. Selasa
09.00




09.05

09.10
2. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering.
Hasil : Klien mengatakan akan coba makan sedikit demi sedikit
3. Menimbang berat badan
Hasil : 55 kg
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Hasil : Keluarga mau menyiap-kan makanan bervariasi Selasa jam 09.20

S : Klien mengatakan nafsu makan baik

O : Berat badan tidak berubah

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

5 Selasa
09.45

09.50


09.55



10.00
1. Mengkaji istirahat tidur klien.
Hasil : Pola tidur baik
2.Mengkaji faktor yang menyebab-kan klien tidak bisa tidur.
Hasil : Kebisingan diruangan
3. Menganjurkan keluarga untuk menciptakan suasana tenang.
Hasil : Keluarga siap memberi-kan ketenangan
4.Menjelaskan pada klien penting-nya istirahat tidur
Hasil : Klien mengerti tentang pentingnya istirahat tidur Jam 10.10

S : Klien mengatakan sudah merasa nyaman

O : Klien tampak tenang

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
- Timbang tidak ada perubahan

No.
Jam/
Hari Implementasi Evaluasi
6. Selasa
10.15
10.20


10.25



10.30 1. Mengkaji kebersihan diri klien.
Hasil : Klien tampak bersih
2. Membantu klien dalam mengatasi kebersihan dirinya (mandi)
Hasil : Klien menyetujui untuk dimandikan.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan klien.
Hasil : Keluarga mau melak-sanakan kebersihan klien
4. Memberikan HE tentang pentingnya kebersihan diri
Hasil : Klien mengerti tentang kebersihan diri Jam 10.40

S : Klien mengatakan sudah merasa nyaman

O : Klien tampak bersih

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
















BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesenjangan yang ditemukan antara konsep teori yang dibahas pada bab II sebelumnya dengan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. R dengan Malaria yang dirawat di perawatan Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep yang dirawat dari tanggal 3 s.d 5 Agustus 2009.
Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, penulis membahas sesuai dengan tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut teori, data yang ditemukan pada pengkajian klien dengan Malaria meliputi kelemahan, kelelahan, malaise umum, kulit hangat, diuresis, hipovolemia, gangguan eliminasi yaitu diare atau konstipasi dan penurunan kesadaran.
Sedangkan data yang ditemukan pada kasus Tn. R meliputi mual dan muntah, kelemahan, porsi tidak dihabiskan, ADL dilayani di tempat tidur, tirah baring, gelisah, penurunan berat badan,
Dari hasil ini, kesenjangan yang ditemukan adalah data teori yakni gangguan eliminasi diare/konstipasi, penurunan perfusi jaringan akibat karena adanya gangguan berat pada bagian metabolisme darah dan gangguan pada sistim kekebalan tubuh yang sudah cukup berat
Disamping itu data pada kasus yang tidak ditemukan pada teori adalah kelemahan dan gangguan pada personal hygiene. Data ini muncul pada kasus klien belum terpenuhi nutrisi dan adanya kelemahan pada daerah motorik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim ditemukan pada klien dengan malaria (Doenges Marilynn E, 1999) ada 5 diagnosa sebagai berikut :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Sedangkan pada kasus Tn. R diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu :
a. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan lingkungan yang tidak nyaman
d. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kurang pengetahuan

Kesenjangan yang ditemukan adalah :
a. Terdapat 3 diagnosa keperawatan dalam teori yang tidak ditemukan pada kasus nyata yakni :
1) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan kekebalan tubuh dan tindakan invasif
Diagnosa ini tidak ditegakkan karena tidak ada kecenderungan klien mengalami infeksi sekunder dan sistim pertahanan tubuh pasien tidak ada penurunan.
2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
Diagnosa ini tidak ditegakkan pada kasus karena tidak ada tanda dan gejala yang mendukung untuk tegaknya diagnosa tersebut, disamping itu klien juga tidak ada gejala penurunan perfusi jaringan misalnya adanya gangguan kesadaran
3) Kurang pengetahan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
Diagnosa ini tidak dimunculkan oleh penulis karena penulis telah mengangkat diagnosa gangguan personal hygiene dengan menjadikan kurang pengetahuan sebagai penyebab diagnosa tersebut.

b. Terdapat 2 diagnosa keperawatan dalam kasus yang tidak ditemukan pada teori yakni
1). Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan klien mudah terjaga. Diagnose ini muncul karena psien mudah terjaga serta adanya rasa kecemasan yang sering membayangi pasien.
2). Gangguan personal hygiene berhubungan dengan pengetahuan perawatan diri kurang. Diagnose ini muncul karena pasien mengalami kelemahan pada ekstremitas sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene.

3. Perencanaan
Pada perencanaan, kesenjangan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Untuk diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, intervensi berikan perawatan mulut sebelum makan, anjurkan makan dalam posisi duduk tegak dan dorong pemasukan sari jeruk, minum karbohidrat dan permen tidak direncanakan pada kasus hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah dilaksanakan oleh keluarga sejak klien dirawat di rumah sakit.
b. Untuk diagnosa keperawatan hipertermia, intervensi berikan / ciptakan lingkungan yang dingin serta berikan selimutpendingin tidak dilakukan karena situasi dan kondisi rumah sakit yang kurang memungkinkan untuk perencanaan intervensi tersebut.

4. Pelaksanaan
Pada tahap ini, seluruh rencana yang disusun oleh penulis dapat dilaksanakan selama 3 hari perawatan. Hal ini dimungkinkan oleh kerjasama yang baik dengan keluarga klien serta tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan kesehatan klien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, waktu dan intervensi yang ada diatur sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien selama dirawat di rumah sakit serta disesuaikan pula dengan fasilitas yang ada di rumah sakit.
5. Evaluasi
Pada tahap ini, dari 3 diagnosa yang dirumuskan oleh penulis pada kasus Tn. R yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep, semua masalah dapat teratasi karena adanya kerjasama yang baik dengan keluarga klien dan petugas rumah sakit serta tim kesehatan yang berperan dalam proses penyembuhan klien.
















BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan akhir dari karya tulis ini dan saran-saran untuk peningkatan pelayanan perawatan.
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penulisan karya tulis ini sesuai dengan tujuan yang ada yaitu :
1. pada pengkajian klien dengan Malaria, tidak semua konsep yang ada dalam teori dapat ditemukan pada kasus nyata. Hal ini tergantung pada berbagai faktor meliputi umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh, mekanisme koping dan kemampuan adaptasi.
2. Diagnosa keperawatan pada klien dengan Malaria tidak selalu sesuai dengan teori yang ada. Diagnosa keperawatan lain dapat muncul apabila klien memunculkan respon yang berbeda dari biasanya.
3. Perencanaan keperawatan pada klien dengan Malaria ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan keinginan klien selama tidak bertentangan dengan konsep teori.
4. Evaluasi keperawatan pada klien dengan Malaria tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat karena Malaria memerlukan waktu yang relatif agak lama dalam proses penyembuhannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis akan mengemukakan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit.
1. Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis pada klien dengan Malaria sehingga data-data yang didapatkan akurat dan memudahkan dalam menganalisa kemungkinan masalah-masalah yang ada dan mungkin timbul.
2. Dalam mengidentifikasi masalah yang timbul pada klien dengan hepatitis khususnya, hendaknya fokus utama ditujukan kepada klien/individu kemudian keluarga dan perawat harus memperhatikan kebutuhan klien secara komprehensif baik bio-psiko-sosial dan spiritual yang mencakup seluruh proses kehidupannya.
3. Dalam menyusun perencanaan keperawatan sebaiknya disusun berdasarkan kebutuhan klien dengan melibatkan keluarga dalam penyusunannya sehingga pelaksanaan proses keperawatan dapat berhasil sesuai dengan yang direncanakan.
4. Perlu diupayakan agar pelaksanaan prose keperawatan dilakukan pada pasien dari sejak masuk rumah sakit hingga keluar sehingga dapat tergambar secara jelas manfaat proses keperawatan terhadap penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, dkk; 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Barbara Engram ; 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Medikal Bedah, Volume 3, Jakarta.

Doenges ; Moorhouse ; Geister ; 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

H. M. Syaifoellah Noer, Prof. Dr ; 1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta.

Hudak dan Gallo ; 1994, Keperawatan Kritis, Volume 2, EGC, Jakarta.

Med. Ahmad Ramali, Dr ; K. St. Pamoentjak ; 1999, Kamus Kedokteran, Jakarta.

Robert Prihardjo ; 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta.

Susan Martin Tucker, dkk ; 1999, Standar Perawatan Pasien, Volume 2, Jakarta.

Sylvia A. Price ; Lorraine M. Wilson, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar