HTML

materi kuliah

Selasa, 27 Juli 2010

sirosis hepatitis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan dalam sistem kesehatan nasional dirumuskan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut pemerintah dengan segala keputusan dan fasilitas yang ada berupaya agar seluruh lapisan masyarakat dapat meraih serta menikmati hidup sehat yang meliputi : sehat fisik, sosial serta bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, mempengaruhi perkembangan pelayanan asuhan keperawatan serta mengharuskan terjadinya pergeseran keperawatan tradisional menuju keperawatan moderen yang dilandasi ilmu pengetahuan, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu diperlukan pelayanan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. Khususnya pada klien hepatitis agar dapat memberikan perawatan yang tepat dalam membantu klien mencapai kesehatan yang optimal, dan memelihara terjadinya penularan penyakit.
Hepatitis merupakan penyakit menular terutama untuk kalangan petugas kesehatan utamanya : Dokter, perawat, petugas laboratorium, karena selalu kontak dengan cairan tubuh penderita.
Insiden penyakit sirosis hepatis di Ruang Perawatan Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep untuk tahun 2006 (Januari – Desember) tercatat 6 penderita yang terdiri dari 2 orang laki-laki (33,33%) dan 4 orang perempuan (66,67%). Untuk tahun 2008 12 orang dan periode Januari sampai Juni 2009 sebanyak 8 orang
Selanjutnya kasus tersebut merupakan kelanjutan dari materi ujian praktek pada ujian akhir program di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep selama 3 hari yang dilaksanakan dari tanggal 3 s.d 5 Agustus 2009.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis menyusun karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. “G” dengan Hepatitis di ruang Perawatan Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep”.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini, penulis membagi menjadi dua yaitu :
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan/gambaran nyata perawatan klien dengan Sirosis Hepatis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien dengan Sirosis Hepatis.
b. Dapat menganalisa kemungkinan masalah yang dapat terjadi berdasarkan pengelompokan data dan menyusun diagnosa keperawatan.
c. Dapat membuat rencana keperawatan pada klien dengan Sirosis Hepatis.
d. Dapat melakukan evaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Sirosis Hepatis.
e. Dapat mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan klien Sirosis Hepatis.
C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada D III Keperawatan Akademi Keperawatan Yapenas 21 Maros.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan khusus pada bagian terkait.
3. Sebagai bahan bacaan untuk pengembangan keilmuan khususnya pada dunia keperawatan.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis untuk memperoleh bahan penulis dan data-data lainnya, penulis menggunakan metode antara lain:
1. Studi kepustakaan
Dengan studi kepustakaan banyak mendapatkan bahan masukan untuk melandasi konsep dasar teori, baik konsep medis maupun konsep keperawatan. Adapun sumber yang dimaksud adalah dengan buku-buku diktat serta majalah kesehatan yang ada hubungannya dengan masalah penulisan karya tulis ini.
2. Studi kasus
Melalui keperawatan klien dengan sirosis Hepatis yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep yang terdiri dari empat tahap yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi dengan sekaligus observasi, wawancara dengan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
E. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini disusun dalam bab dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Yang berisikan : latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Kepustakaan
Yang dibahas dalam kepustakaan ini adalah :
Konsep dasar teori Hepatitis yang meliputi pengertian, anatomi, fungsi hati, patofisiologi, etiologi, klasifikasi/jenis virus Hepatitis, manifestasi klinik, penularan, pencegahan dan pengobatan, komplikasi, pemeriksaan diagnostik.
BAB III : Laporan Kasus
Yang menguraikan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian data, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Disini dibahas tentang adanya kesenjangan antara teori dan proses keperawatan dengan kenyataan yang didapat di lahan praktek dan cara pemecahannya.
BAB V : Kesimpulan dan saran





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hati yang dapat terjadi karena invasi bakteri, cedera oleh agen fisik atau kimia (non-viral), atau infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E (Doenges Marylinn E, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer Suzanne C, 2001).
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati terletak di belakang tulang – tulang iga (kosta) dalam rongga abdomen daerah kanan atas. Hati memiliki berat sekitar 1500 gr, dan dibagi menjadi empat lobus. Setiap lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang ke dalam lobus itu sendiri dan membagi massa hati menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut lobulus (Smeltzer Suzanne C, 2001).
Unit fungsional dasar hati adalah lobulus hati, yang berbentuk silindris dengan panjang beberapa milimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter. Hati manusia berisi 50.000 sampai 100.000 lobulus (Guyton Arthur C, 1997).
Gambar 2. 1. memperlihatkan permukaan hati tampak dari depan.















Disamping hepatosit, sel-sel pagositif yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial juga terdapat dalam hati. Dalam hati, sel-sel ini dinamakan sel Kupffer. Fungsi utama sel Kupffer adalah memakan benda partikel (seperti bakteri) yang masuk ke dalam hati lewat darah portal.
Saluran empedu terkecil yang disebut kanalikulus terletak diantara lobulus hati. Kanalikulus menerima hasil sekresi dari hepatosit dan membawanya ke saluran empedu yang lebih besar yang akhirnya akan membentuk duktus hepatikus. Duktus hepatikus dari hati dan duktus sistikus dari kandung empedu bergabung untuk membentuk duktus koledokus (common bile duct) yang akan mengosongkan isinya ke dalam intestinum. Aliran empedu ke dalam intestinum dikendalikan oleh sfingter Oddi yang terletak pada tempat sambungan (junction) di mana duktus koledokus memasuki duodenum (Smeltzer Suzanne C, 2001).
b. Fisiologi
Fungsi dasar hati dapat dibagi menjadi :
1) Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem metabolisme tubuh.
3) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan (Guyton, Arthur C, 1997).


3. Etiologi
Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab hepatitis (masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda) yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E dan G, tetapi pada anak umumnya yang menimbulkan masalah terutama hepatitis A, B, dan C.
4. Insiden
Insiden tertinggi hepatitis A adalah pada golongan usia 5 – 14 tahun. Banyak terjadi pada daerah perkotaan dan mengenai sekelompok orang misalnya keluarga. Penyakit ini merupakan endemis pada negara-negara dengan higiene dan sanitasi yang dibawah standar.
Enam puluh sampai 90% dari kasus-kasus hepatitis diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya.
5. Patofisiologi
Banyak pasien yang tidak tampak ikterik (tidak memperlihatkan gejala ikterus) dan tanpa gejala. Ketika gejalanya muncul, bentuknya berupa infeksi saluran napas atas yang ringan seperti flu dengan panas yang tidak begitu tinggi. Anoreksia merupakan gejala dini dan biasanya berat. Gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak tersebut untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Belakangan dapat timbul ikterus dan urin yang berwarna gelap. Gejala dispepsia dapat terjadi dalam berbagai derajat yang ditandai oleh rasa nyeri epigastrium, mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Pasien biasanya menolak rokok, bau asap rokok atau bau-bau lain yang keras.
6. Manifestasi Klinik
Umumnya pada bayi dan anak kecil asimtomatik. Sedangkan pada anak besar dan remaja dapat terjadi gejala prodromal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, nausea, vomiting, fatigue, malaise, artralgia, mialgia, nyeri kepala, fotofobia, faringitis, batuk dan koriza dapat mendahului timbulnya ikterus selama 1 – 2 minggu. Apabila hepar sudah membesar pasien dapat mengeluh nyeri perut kanan atas.
Demam, dengan suhu sekitar 38-390 C lebih sering ditemukan pada hepatitis A. kadang-kadang dapat mencapai 400 C. Urin berwarna gelap (seperti air the) dan faeces berwarna tanah. Dengan timbulnya gejala kuning/ikterus maka biasanya gejala prodromal menghilang. Hepatomegali dapat disertai nyeri tekan. Splenomegali dapat ditemukan pada 10 – 20% pasien.


Terdapat tiga fase :
a. Fase pra-ikterik
Periode dimana infektivitas paling besar. Gejala meliputi mual, muntah, diare, konstipasi, penurunan berat badan, malaise, sakit kepala, demam ringan, sakit sendi, ruam kulit.
b. Fase ikterik-jaundice (temuan paling menonjol)
Urine gelap berkabut (disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin), hepatomegali dengan nyeri tekan, pembesaran nodus limfa, pruritus (akibat akumulasi garam empedu pada kulit); gejal fase pra-ikterik berkurang sesuai menonjolnya gejala.
c. Fase pasca ikterik
Gejala sebelumnya berkurang tetapi kelelahan berlanjut; empat bulan diperlukan untuk pemulihan komplet.
7. Tes Diagnostik
Terdapat dua pemeriksaan penting untuk mendiagnosis hepatitis, yaitu tes awal untuk mengkonfirmasi adanya peradangan akut pada hati dan tes yang bertujuan untuk mengetahui etiologi dari peradangan akut tersebut.
Diagnosis hepatitis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan tes fungsi hati, khususnya alanin amino transferase (ALT=SGPT), aspartat amino transferase (AST = SGOT). Bila perlu ditambah dengan pemeriksaan bilirubin alkali fosfatase kurang bermakna karena kadarnya meningkat pada anak yang sedang mengalami pertumbuhan.
Kadar transaminase (SGOT/SGPT) mulai meningkat pada masa prodromal dan mencapai puncak pada saat timbulnya ikterus. Peninggian kadar SGOT dan SGPT yang menunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati adalah 50-2.000 IU/ml. terjadi peningkatan bilirubin total serum (berkisar antara 5 – 20 mg/dL). Tinja akolis mungkin dijumpai sebelum timbul ikterus. Penurunan aktivitas transaminase diikuti penurunan kadar bilirubin. Bilirubinuria dapat negatif sebelum bilirubin darah normal. Kadar alkali fosfatase mungkin hanya sedikit meningkat. Gamma GT dapat meningkat pada hepatitis dengan kolestatis.
Jenis virus penyebab hepatitis akut didiagnosis dengan petanda virus yaitu IgM anti HAV, IgM anti HBc dan dapat dilengkapi dengan HbsAg. Bila terdapat riwayat transfusi darah, pemakaian obat-obatan narkoba, atau ada risiko infeksi vertikal dapat dilakukan pemeriksaan anti-HCV. IgM anti H-DV diperiksa pada kasus hepatitis B kronik. Hepatitis E pada anak jarang terjadi. Bila dicurigai pasien menderita hepatitis E, dilakukan pemeriksaan IgM anti-HEV.
8. Penatalaksanaan
Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama periode anoreksia, pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperlukan, disertai dengan infus glukosa. Karena pasien sering menolak makan, kreativitas dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan halus mungkin diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat. Namun demikian, banyak pasien telah pulih selera makannya bahkan sebelum fase ikterik sehingga tidak perlu diingatkan untuk mempertahankan diet yang baik.
Perasaan sehat yang dialami pasien disamping hasil-hasil pemeriksaan laboratorium umumnya merupakan pedoman yang tepat untuk menentukan diperlukannya tirah baring dan pembatasan aktivitas fisik. Ambulasi bertahap namun progresif akan mempercepat pemulihan bila pasien beristirahat sesudah melakukan aktivitas dan tidak turut serta dalam aktivitas yang menimbulkan kelelahan (Smeltzer Suzanne C, 2001).
Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self limiting disease). Pemerisaan kadar SGOT-SGPT dan bilirubin terkonyugasi diulang pada minggu ke-2 untuk melihat proses penyembuhan dan bulan ke-3 untuk kemungkinan prolonged atau relapsing hepatitis. Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama kadar SGOT-SGPT masih > 3 kali batas atas nilai normal.
Diet disesuaikan dengan kebutuhan dan hindarkan makanan yang sudah berjamur, yang mengandung zat pengawet yang hepatotoksik ataupun zat hepatotoksik lainnya. Biasanya antiemetik tidak diperlukan dan makanan 5 atau 6 kali dalam porsi kecil lebih baik daripada 3 kali dalam porsi besar. Bila muntah berkepanjangan, pasien dapat diberikan antiemetik seperti metoklopramid, tetapi bila demikian perlu berhati-hati terhadap efek samping yang timbul karena dapat mengacaukan gejala klinis perburukan.
9. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan, relapsing hepatitis, atau hepatitis kronis persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif. Komplikasi berat yang dapat terjadi adalah hepatitis kronis aktif, sirosis hati, hepatitis fulminan atau karsinoma hepatoseluler. Selain itu, dapat pula terjadi anemia aplastik, glomerulonefritis, necrotizing vasculitis, atau mixed cryglobulinemia.
10. Prognosis
Dengan berkembangnya alternatif pengobatan maka diharapkan prognosis hepatitis menjadi lebih baik. Hepatitis A biasanya mempunyai prognosis baik kecuali yang fulminan, sedangkan hepatitis B prognosisnya semakin buruk bila infeksi terjadi semakin dini.
11. Pencegahan
Pencegahan umum
Pencegahan umum meliputi nasehat kepada pasien yaitu :
a. Perbaikan higiene makanan-minuman.
b. Perbaikan higiene sanitasi lingkungan dan pribadi.
c. Isolasi pasien (anak dilarang datang ke sekolah atau ke tempat penitipan anak, sampai dengan 2 minggu sesudah timbul gejala).
Pencegahan khusus
Pencegahan khusus dengan cara :
a. Imunisasi pasif dengan imunoglobulin normal manusia. Perlindungan dengan cara ini bersifat sementara.
b. Imunisasi aktif dengan vaksin HAV yang diinaktivasi. Cara ini efektif untuk mengeliminasi hepatitis A endemik, karena tidak ada manusia yang menjadi karier kronis dan sampai saat ini belum diketahui adanya hewan yang menjadi reservoal HAV.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar pasien memberikan suatu pengertian tentang status kesehatan pasien yang menyeluruh. Data tergantung pada peyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
Data dasar pengkajian pasien hepatitis (Doenges Marilynn E, 1999).
a. Aktivitas
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
b. Sirkulasi
Tanda : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat). Ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
c. Eliminasi
Gejala : Urine gelap diare/konstipasi : faeces warna tanah liat, adanya/berulangnya hemodialisa.

d. Makanan dan cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia, penurunan berat badan atau meningkat (oedema), mual/muntah.
e. Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriktis.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, artralgia, mialgia, sakit kepala, gatas (pruritus).
Tanda : Otot tegang, gelisah.
g. Pernafasan
Tanda : Tidak minat/enggan merokok (perokok).
h. Keamanan
Gejala : Adanya transfusi/produk darah.
Tanda : Demam, urtikaria, lesi makula papular, eritema tak beraturan eksaserbasi jerawat.
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia.
i. Seksualitas
Gejala : Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada penderita hepatitis (Doenges Marilynn E, 1999) adalah sebagai berikut :
a. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan ; nyeri.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
g. Kurang pengetahan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
a. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan ; nyeri.
Tujuan : Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
2) Ubah posisi dengan sering, perawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
3) Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
4) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan rentang gerak sedikit pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring yang lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas.
5) Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton TV, membaca, mendengarkan radio.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping.
6) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati.
Rasional : Menunjukkan kurangnya resolusi/eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.
7) Awasi kadar enzim hati.
Rasional : Membantu menentukan kadar aktivitas yang tepat.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Tujuan : Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makanan sedikit tapi sering dalam frekuensi sering dan tawarkan makanan pagi paling besar.
Rasional : Makanan banyak sulit mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan yang sulit pada sore hari.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tidak enak, meningkatkan nafsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan.
4) Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbohidrat dan permen berat sepanjang hari.
Rasional : Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna, toleran bila makan lain tidak.
5) Berikan obat sesuai indikasi : Vit. B Comp, tambahan diet lain sesuai indikasi.
Rasional : Memperoleh kekurangan dan membantu proses penyembuhan.
6) Konsul pada ahli diet.
Rasional : Berguna dalam membuat program diet memenuhi kebutuhan individu.
7) Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.
Rasional : Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala memanjang.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
Tujuan : Mempertahankan hidrasi adekuat.
Intervensi :
1) Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian, catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pengganti/efek terapi.
2) Kaji tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Indikator volume sirkulasi/perifer.
3) Periksa acites atau pembentukan oedema, ukur lingkar abdomen sesuai indikasi.
Rasional : Menerangkan kemungkinan perdarahan ke dalam jaringan.
4) Biarkan pasien menggunakan lap katun/spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi.
Rasional : Menghindari trauma dan perdarahan gusi.
5) Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na + albumin dan waktu pembekuan.
Rasional : Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium/kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan oedema.
6) Berikan cairan IV, elektrolit.
Rasional : Memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
7) Berikan protein hidrolisat ; vitamin K
Rasional : Memperbaiki kekurangan albumin/protein dapat membantu mengembalikan cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi, mencegah masalah koagulasi.
d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.
Intervensi :
1) Kontrak dengan pasien mengenai waktu untuk mendengar.
Rasional : Penyediaan waktu meningkatkan hubungan saling percaya.
2) Dorong diskusikan perasaan/masalah.
Rasional : Kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan pasien untuk merasa lebih mengontrol situasi. Pengungkapan ini menurunkan cemas dan depresi memudahkan perilaku koping positif.
3) Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup.
Rasional : Pasien merasa marah/kesal dan menyalahkan diri : penilaian dari orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
4) Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional : Periode penyembuhan mungkin lama/potensial stres keluarga/situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan dan evaluasi.
5) Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang terdekat.
Rasional : Masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan peran fungsi pasien pada keluarga/penyembuhan lama.
6) Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional : Memampukan pasien untuk menggunakan waktu dan energi pada cara konstruktif yang meningkatkan harga diri dan meminimalkan cemas dan depresi.
7) Anjurkan pasien menggunakan warna merah terang atau biru/hitam daripada kuning atau hijau.
Rasional : Meningkatkan penampilan, karena kulit kuning diperjelas oleh warna kuning/hijau.
8) Buat rujukan yang tepat untuk membantu sesuai kebutuhan.
Rasional : Dapat memudahkan pemecahan masalah dan membantu melibatkan individu untuk mengatasi masalah.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Tujuan : Menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.

Intervensi :
1) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik dan pernafasan sesuai kebijakan rumah sakit; termasuk cuci tangan efektif.
Rasional : Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain. Melalui cuci tangan yang efektif dalam mencegah transmisi virus hepatitis.
2) Awasi/batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : Pasien terpajan terhadap proses infeksi (khususnya respiratorium, potensial resiko komplikasi sekunder).
3) Jelaskan prosedur isolasi kepada klien dan keluarga.
Rasional : Pemahaman alasan untuk perlindungan diri mereka sendiri dan orang lain dapat mengurangi perasaan isolasi dan stigma.
4) Berikan informasi tentang adanya pemberian vaksin hepatitis.
Rasional : Efektif dalam mencegah hepatitis virus pada orang lain yang terpajan, tergantung tipe hepatitis dan periode inkubasi.
5) Berikan obat sesuai indikasi : Obat antivirus : vidaralun, Interferon, Antibiotik.
Rasional : Obat antivirus berguna pada pengobatan hepatitis aktif kronis.
f. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Tujuan : Menunjukkan jaringan kulit utuh, bebas ekskoriasi.
Intervensi :
1) Gunakan air mandi dingin dan soda kue untuk mandi kanji. Hindari sabun mandi alkali.
Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal.
2) Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk rasa gatal, pertahankan kuku pendek
Rasional : Menurunkan resiko cedera kulit.
3) Berikan massage pada waktu tidur.
Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
4) Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional : Menimbulkan stres psikologis sehubungan dengan perubahan kulit.
5) Berikan obat sesuai indikasi; antihistamin contoh : metdilazin, difenhidramin.
Rasional : Menghilangkan gatal.

g. Kurang pengetahan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pemahaman proses penyakit, harapan/prognosis, kemungkinan pilihan pengobatan.
Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan/salah informasi dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan yang sesuai keperluan.
2) Berikan informasi khusus tentang pencegahan/penularan penyakit.
Rasional : Kebutuhan/rekomendasi akan bervariasi karena hepatitis dan situasi individu.
3) Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional : Aktivitas yang dapat dinikmati akan dapat membantu menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
4) Diskusikan pembatasan donatur darah.
Rasional : Mencegah penyebaran penyakit.
5) Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.
Rasional : Proses penyakit dapat memakai waktu berbulan-bulan untuk membaik. Bila gejal ada lebih lama dari enam bulan. Biopsi hati diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari proses keperawatan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerja sama dengan anggota keperawatan lain dan dengan pasien/keluarga dan petugas kesehatan lain. (Ali Zaidin, 2001).
Agar implementasi perencanaan dapat tepat dan waktu efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas keperawatan pasien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.


5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang diharapkan pada klien dengan hepatitis adalah sebagai berikut :
a. Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
b. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
c. Menunjukkan jaringan kulit utuh, bebas ekskoriasi.
d. Menyatakan pemahaman penyebab individu/faktor resiko.
e. Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi negatif.
f. Mempertahankan hidrasi adekuat.
g. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/ mempertahankan berat badan yang sesuai.









BAB. III
TINJAUAN KASUS


Tanggal Masuk : 01-08-2009
Tanggal Pengkajian : 03-08-2009
No. Register : 0 4 8 7 7 3
Rs/Ruangan : Pangkep /Mawar
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis


I. BIODATA
A. Identitas Klien
1. Nama lengkap : Tn “G”
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 49 Tahun
4. Kawin/Belum Kawin : Kawin
5. Agama : Islam
6. Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia
7. Pendidikan Terakhir : SD
8. Pendapatan : -
9. Pekerjaan : Petani
10. Nomor Askes : -
11. Alamat : Bontoa Pangkep

B. Identitas Penanggung
Klien dirawat di RS ditanggung oleh Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)

II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Keluhan Utama : Nyeri pada pinggang sebelah kiri dan kanan
2. Riwayat Keluhan Utama : Klien mengalami nyeri pada pinggang sebelah kanandan kiri ini disebabkan koleh penekanan dari abdomen yang berisi cairan dan kurangnya pergerakan, nyeri ini menjalar kedaerah paha kanan dan dirasakan hilang timbuldengan skala sedang (4-7), Waktu timbulnya keluhan yaitu pada saat baring dengan posisi supinasi dan pada saat bergerak, Kedua hal tersebut adalah faktor yang memperberat keluhan klien, dan faktor yang memperingan adalah istirahat ditempat tidur dan messase daerah nyeri.

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
1. Klien tidak pernah mengalam9inkecelakaan sebelumnya
2. Klien tidak pernah di RS sebelumnya
3. Klien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya
b. Klien tidak ada riwayat alergi
c. Klien merokok tetapi tidak minum-minuman beralkohol
d. Riwayat kesehatan Keluarga













Genogram I : Meninggal karena usia lanjut
Genogram II : Meninggal karena usia lanjut
Genogram III : Klien menderita penyakit sirosis hepatis

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

------- : Garis serumah

: Klien

B. Riwayat Keehatan Masa Lalu
a. Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama
b. Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya
c. Klien tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan cuaca
d. Klien merokok ± 1 Bungkus dalam sehari, dan kebiasaan minum kopi minum- minuman beralkohol dan tidak terbiasa minum obat-obatan medis bila menderita sakit.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 130/80 mmhg
b. Denyut Nadi : 80x/menit
c. Suhu Tubuh : 37,5̊c
d. Pernafasan : 20x/menit
4. Berat badan : 41 Kg
5. Tinggi Badan : 163 cm
6. Kepala
• Inspeksi
- Keadaan Rambut dan hygiene kepala Nampak kotor
a. Warna rambut hitam dan mudah tercabut, jenggot berwarna putih
b. Penyebaran rambut tidak merata
c. Rambut mudah rontok
d. Kebersihan rambut tidak terawat dan tampak kotor
• Palapasi
- A. Tidak tampak adanya benjolan
7. Muka
• Inspeksi
a. Tampak simetris kiri dan kanan
b. Bentuk wajah Ovale
c. Tidak nampak adanya gerakan abnormal pada wajah
d. Ekspresi wajah tampak meringis
• Palpasi
a. Tidak teraba adanya nyeri tekan
8. Mata
• Inspeksi
a. Mata klien simetris dan kanan
b. Kelopak mata simetris kiri dan kanan
c. Kelopak mata tampak idak Udem, tidak lecet, bulu mata tidak mudah tercabut, alis tersebar merata dan simetris kiri dan kanan
d. Pupil Bereaksi saat terkene cahaya (Miosis)
• Palpasi
a. Tidak teraba adanya nyeri tekan pada kelopak mata.
9. Mulut
• Inspeksi
- Gigi
a. Keadaan gigi : Lengkap
b. Kerang gigi/Karies gigi : Tampak kotor
c. Klien tidak memakai gigi palsu
- Gusi
a. Warna gusi tampak hitam dan tidak tampak adanya peradangan

10. Lidah
a. Lidah Tampak kotor
11. Bibir
a. Tidak tampak Cianosis
b. Bibir tampak kering dan pucat
c. Miulut berbau
d. Kemampuan bicara baik
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa hitam
b. Tidak teraba adanya nyeri tekan
c. Tidak terasa nyeri saat menelan
13. Leher
• Inspeksi
a. Tidak adanya pembesaran kelenjar tyroid
• Palpasi
a. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
b. Tidak teraba adanya kaku kuduk
c. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limpa
14. Thorax dan pernafasan
• Inspeksi
a. Bentuk Dada : Simetris kiri dan kanan
b. Irama pernafasan : Reguler
c. Pengembangan dada mengikuti gerak nafas
• Palpasi
a. Tidak teraba adanya Massa/Benjolan
b. Tidak teraba adanya nyeri tekan
• Auskulatasi
a. Suara nafas vesikuler
b. Tidak terdengar bunyi nafas tambahan
• Perkusi
a. Bunyi pekak pada area dada
15. Jantung
• Inspeksi
a. Tidak tampak ictus cordis
b. Tidak tampak pembesaran jantung
• Palpasi
a. Tidak teraba pembesaran jantung
b. Tidak teraba nyeri tekan
• Auskultasi
a. Bunyi jantung I dan II terdengar murni/regular pada ics 5 midclavicula sipistara.

16. Abdomen
• Inspeksi
a. Warana kulit tampak mengkilat
b. Tempat asites (Membuncit)
c. Nampak terjadi distensi abdomen
• Palpasi
a. Lingkar abdomen Hati dan ginjal tidak teraba, teraba adanya pembesaran abdomen
• Auskultasi
a. Pristaltik Usus 16x / menit
• Perkusi
a. Buny hipertimpani pada area abdomen
- Abdomen terasa penuh oleh klien dan mengatakan bahwa abdomennya membesar
17. Genetalia dan Anus
- Daerah genetalia tidak dikaji dan tidak tampak terpasang kateter
- Anus tidak lecet dan tidak ada Hemoroid
18. Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
a. Motorik
- Inspeksi : - Keadaan otot tampak lemah
- Tampak adanya edema pada lengan bagian kanan
- Terpasang IVFD Dext 5% 14 tetes/menit di tangan kanan
- Palpasi : - Turgor kulit teraba kering
- Tidak ada nyeri tekan
b. Refleks
- Perkusi : Refleks bisep (+)
Refleks trisep (+)
c. Sensori
- Peka terhadap rangsang nyeri, suhu dan perabaan
- Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Inspeksi : Kedua tungkai simetris kiri dan kanan
Tidak tampak adanya udema
- Palpasi : Turgor kulit teraba kering
Tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan
- Perkusi : Refleks patella + : Kaki klien ekstensi saat diketuk
Refleks baginski – : Ibu jari reflex doisal fleksi dan ke-4 dari abduksi
b. Sensori
- Peka terhadap rangsangan nyeri, rangsang suhu dan perabaan
19. Status neorologi
Saraf-saraf cranial
a. Nervus I (Oifaktorius) : Penciuman : klien mampu membedakan bau seperti balsem dengan bau minyak kayu putih
b. Nervus II (Optikus) : Penglihatan : Penglihatan/lapang pandang normal, klien masih dapat membaca buku bacaan yang perawat berikan tanpa menggunakan kaca mata, klien mampu melihat ke-8 arah lapang pandang
c. Nervus III (Okulomoterius) : Pupil : Isokor kiri dan kanan, pupil inyosis pada saat ali test dengan repleks cahaya, gerakan kelopak mata simetris, pergerakan bola mata segalah arah
d. Nervus IV (Trokhalear) : Klien nmampu menggerakkan bola mata kebawah dan dalam
e. Nervus V (Trigeminus) : Mampu merespon dengan berkedip saat ditest dengan kapas pada kornea
f. Nervus VI (Abdusens) Klien mampu menggerakkan bola mata kesegala arah
g. Nervus VII (Facialis) : Klien mampu tersenyum, klien meringis saat kulit wajah dicubit
h. Nervus VIII (Akustikus) : Klien mampu mendengar dengan baik saat namanya dipanggil
i. Nerves IX (Glossopartyngeal) : Klien mampu menelan dengan baik, dapat membedakan rasa pahit, manis dan asin
j. Nerves X (Vagus) : Mampu merasakan rangsangan muntah dan menelan
k. Nerves XI (Assesoris) : Klien dapat mengerakkan kepala dan kedua bahunya
l. Nerves XII (hypoglossal) : gerakan lidah simetris, klien mampu menjulurkan dan mengerakkan lidahnya kekiri dan kekanan
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal 01 Agustus 2009

HB
GDS
SGO 1
SGP 1
UTEUM
CREATIRIN Hasil
13,3 Gr %
98,7 Mg/100 Ml
170,9 U/L
180,6 U/L
19,8 Mg/100 Ml
0,3 Mg/100 Ml Nilai normal
LK 13-16 Gr % Pr 12-14 Gr %
SP 160
0-38
0-41
10-50
0,0-1,1
Tanggal 03 Agustus 2009
USG :
- Acites dengan tanda-tanda sirosis hati
Thorax foto
- Efusi pleura musif ? (posisi baring)
Trapi Saat Ini
- Ivfo Dext 5% 14 tetes/menit (1000 cc / 24 jam)
- Curcuma tab 3 x 1 tab
- Spironotactone ½ tab perhari untuk member 24 jam pertama pemberian berikutnya 1 tab perhari
- Injeksi ranitidine 1 ampule/12jam/intraveskuler
D. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI
1. NUTRISI
KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
- Pola makan
- Frekuensi makan/hari
- Nafsu makan
- Makanan pantang
- Makanan disukai
- Minum dalm sehari Porsi makan dihabiskan
3 x sehari
Baik
Tidak ada
Nasi putih
8 gelas/hari Porsi makan dihabiskan 1/3 porsi
3 x sehari
Menurun
Nasi keras
Nasi putih
4 gelas/hari

2. ELIMINASI
KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
- BAK
Frekuensi perhari
warna
konsistensi
- BAB
Prekuensi perhari
Warna
konsistensi
4 kali
Kuning muda
Encer

1 kali
Kuning tua
Padat
3 kali
Kuning pekat
Encer

1 kali
Gelap
Lembek

3. PERSONAL HIGIENE
KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
- Mandi
- Menyikat gigi
- Kebersihan rambut

2 kali sehari
2 kali sehari
Bersih
(keramas tiap mandi) 1 kali 2 hari
Berkumur air hangat
Kotor
(tidak pernah mandi










B. DATA FOKUS
Nama Pasien : Tn” G”
No. Rekan Medik : 04 87 73
Ruang Rawat : Mawar Kamar 3 Nama Mahasiswa : IRSAN
Nim : 06, 028
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan dan kiri menjalar ke paha kanan
- Klien mengatakan abdomen terasa penuh
- Klien mengatakan abdomennya membesar
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Gaster terasa kembung
- Klien mengatakan bahwa ia diwaslap di tempat tidur, makan, bab ditempat tidur menggunakan pispot • Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 MM Hg
N : 80 x /Menit
P : 20 x /Menit
S : 37,50 C
• Menunjukkan skala nyeri yang dialami pada skala sedang (4-7)
• Ekspresi wajah menangis saat nyeri timbul
• Berat badan
- Sebelum sakit : 45 Kg
- Selama sakit : 41 Kg
• Terdapat asites
• Kulit abdomen nampak mengkilap
• Bibir kering dan pucat
• Porsi makan tidak di habiskan 1/3 porsi
• Klien nampak lemah
• Urine berwarna kuning pekat
• Lingkar perut
• Nampak distensi abdomen
• USG (03 Agustus 2009)
Hasil : Acites dengan tanda sirosis hepatis
• Hasil Lab : (01 Agustus 2009)
LB : 13,3 Gr %
GNS : 98,7 Mg/100 Ml
SGOT : 170,9 U/L
SGPT : 180,6 U/L
Ureum : 19,6 Mg/100 Ml
Creatinin : 0,3 Mg/100 Ml
• Hati tidak teraba
• Prekuensi abdomen : hipertimpani
• Kekuatan otot lemah

























C. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn” G”
No. Rekan Medik : 04 87 73
Ruang Rawat : Mawar Kamar 3 Nama Mahasiswa : IRSAN
Nim : 06, 028

No DATA ETIOLOGI MASALAH
1

















2.


















3.































4.














5.











6. DS :
• Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan dan kiri menjalar ke paha kanan
DO :
• Tanda-tanda vital :
TD : 130/80 MMHG
N : 80 x /Menit
P : 20 x /Menit
S : 37,50 C
• Menunjukkan skala nyeri yang dialamin pada skala sedang (4-7)
• Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul


DS :
• Klain mengatakan abdomen terasa penuh
• Klain mengatakan nafsu makan menurun
• Ceaster terasa kembung
DO :
• BB sebelum sakit :
BB selama sakit :
• TB : 170 Cm
• Terdapat asites
• Bibir kering dan pucat
• Porsi makan tidak di habiskan (1/3 porsi)
• Klien nampak lemah
• Urine kuning pekat
• Feces warna gelap


DS :
• Lingkar abdomen terasa penuh
• Klien mengatakan abdomen membesar
DG :
• Lingkar abdomen
• Kulit abdomen nampak mengkilap
• Terdapat asites
• Nampak distensi abdomen
• Hasil tidak teraba
• Prekuensi abdomen hipertimpani
• USG
Kesan asites dengan tanda-tanda sirosis hepatitis



















DS :
• Klien mengatakan bahwa di waslop di tempat tidur, makan, BAB, di tempat tidur mengunakan pispot

DO :
• Klien nampak lemah
• Terdapat asites
• Kekuatan otot lema







DS : -
DO : -










DS
DO
Asites

Distensi abdomen oleh adanya cairan bebas intraabdomen

Terjadi penekanan pada area di bawah abdomen

Menekan ujung saraf bebas

Stimulasi nocisiptor

Hypothalamus

Cartex selebri

Nyeri

Kerusakan Asites
Sel-sel hati

Terjadi gangguan Distensi
Metabolise abdomen
Karbohidrat,
Lemak, dan protein Distensi lambung

Metabolism perasaan penuh
Keseluruhan tubuh anorexsia
Menurun

Sel dan jaringan intake kurang
Kurang nutrisi

Nutrisi kurang
Dari kebutuhan


Kerusakan sel-sel hati

Kontraksi pembulu darah dalam hati

Tekanan dalam hati meningkat

Aliran darah portal dihambat
melalui hati

Masuknya kembali liran darah dari usus halus dari limpah untuk sirkulasi sistemik

Peningkatan tekanan kapiler
(15-20MMHG)

Kebocoran protein dan cairan yang meluas dari kapiler masuk
kedalam abdomen

Albumin menurun

Tekanan hidrostatik Tekanan asmotik
Meningkat koloid menurun

Cairan berlebih masuk
Instestinum

Asites

Kelebihan volumecairan
Proses kerusakan sel-sel hati

Nutrisi kurang dari kebutuhan

BMR menurun

Produksi ATP menurun

Kelemahan

Kebutuhan sehari-hari tidak dapat
Dipenuhi secara mandiri

Deficit ADL

Proses kerusakan sel-sel hati

Terdapat virus yang aktif
Dalm tubuh

Invasi virus ke orang lain melalui darah,
Air mani, air ludah, urine, keringat

Resiko infeksi ke orang lain

Asites

Distensi abdomen

Penekanan diefragma oleh
Abdomen meningkat

Espansi paru tidak maksimal

Penurunan complain paru

Resiko perubahan pola nafas tidak efektif Nyeri

















Nutrisi kurang dari kebutuhan

















Resiko infeksi keorang lain







Resiko perubahan pada nafas tidak efektif


D. DIAKNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn” G”
No. Rekan Medik : 04 87 73
Ruang Rawat : Mawar Kamar 3 Nama Mahasiswa : IRSAN
Nim : 06, 028

No DIAKNOSA KEPERAWATAN TANGGAL DITEMUKAN TANGGAL TERATASI
1.


2.

3.

4.

5.

6. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan dari cairan bebas intra abodemen
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Deficit ADL berhubungan dengan kelemahan
Resiko infeksi ke orang lain berhubungan dengan proses penyakitnya
Resiko efektif berhubungan dengan penurunan tomplain paru sekunder terhadap distensi abdomnen 03 Agustus 2009


03 Agustus 2009

03 Agustus 2009

03 Agustus 2009

03 Agustus 2009

03 Agustus 2009 04 Agustus 2000


04 Agustus 2000

04 Agustus 2000

04 Agustus 2000

04 Agustus 2000

04 Agustus 2000



E. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn”G”
No. RM : 04 87 73
Ruang rawat : Mawar Kmr 3
Nama Mahasiswa : IRSAN
Nim : 06.028
Tgl NDX dan Data
Penunjang Tujuan Intervensi Rasional
03/08
2009

I





















































03/08
2009

II

















































































03/08/2009

III





































03/08/2009

IV






































03/08
/2009
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan dari cairan intra abdomen ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan dan kiri menjalar kepaha kanan.
DO :
- Tanda-tanda Vital
TD :170/80 mmhg
N : 80x/menit
P : 20x/menit
S : 37,5oC.
- Menunjukkan skala nyeri yang dialami skala sedang (4-7)
- Ekspresi wajah meringis saat nyeri timbul.






























Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoteksia ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan abdomen terasa penuh
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Eastes terasa kembung
DO :
- BB Sebelum sakit
→ 45 kg
- BB Saat sakit
→ 41 kg
- TB : 163 cm
- Terdapat Asites
- Bibir kering dan pucat
- Porsi makan tidak dihabiskan (1/3Porsi)
- Klien nampak lemah
- Urine kering pekat feces warna gelap.

























































- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan abdomen terasa penuh
- Klien mengatakan abdomen membesar.
DO :
- Lingkar abdomen
- Kulit abdomen Nampak mengkilap
- Terdapat asites
- Nampak distensi abdomen
- Hati tidak teraba
- Perkusi abdomen hipertimpani
- USG
- Kesan : asites dan tanda-tanda sirosis hepatis
















Depisit ADL berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan bahwa dia di waslap ditempat tidur, makan, BAB di tempat tidur menggunakan pispot.
DO :
- Klien Nampak lemah
- Terdapat asites
- Kekuatan otot lemah.

























Resiko perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penerunan complain paru skunder terhadap distensi abdomen
DS : -
DO : -












- Klien akan menunjukkan nyeri berkurang / hilang, dengan kriteria:
- Klien tidak mengeluh nyeri pada pinggang
- Skala nyeri : O
- TTV :
TD: 120/80 mmhg
N : 60-80x/menit
P : 16-24x/menit
S : 37,2oC.
- Ekspresi wajah Ceria






































- Klien akan menunjukkan nutrisi terpenuhi dengan criteria
- Klien makan sedikit tapi sering
- BB Klien bertambah bersamaan dengan menurunnya lingkar abdomen.
- Klien Nampak segar, tidak baring terus menerus
- Gaster tidak kembung.

































































- Klien akan menunjukkan volume cairan dapat berkurang dengan kriteria.
- Lingkar abdomen menurun
- Penurunan BB sesuai dengan hilangnya cairan
- Tingkat elektrolit serum dalam batas normal.



























- Klien akan menunjukkan ADL terpenuhi dengan criteria :
- Klien mampu beraktivitas secara bertahap
- Asites berkurang
- Kelemahan berkurang
































- Pola nafas tidak terganggu/tetap efektif dengan kriteria
- Distensi abdomen menurun secara bertahap.
- Ekspansi paru maksimal
- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
- Frekuensi nafas 16-24 kali/menit 1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien tiap 24 jam.



2. Observasi TTV tiap 8 jam















3. Ajarkan Tekhnik pengalihan perhatian, yaitu dengan relaksasi nafas dalam, messase daerah nyeri dan aktifitas hiburan.




4. Berikan posisi yang menyenangkan bagi klien.




5. Anjurkan kepada keluarga untuk menciptakan keadaan tenang damai bagi klien.


1. Kaji status nutrisi klien termasuk diet harian

2. Timbang BB klien tiap hari, bandingkan perubahan status cairan.





3. Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alas an tipe diet dan biarkan orang terdekat membantu klien.


4. Anjurkan klien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.



5. Anjurkan klien istirahat pada posisi semi fowler setelah makan.



6. Anjurkan untuk mengkomsumsi makanan halus, hindari makanan yang kasar.


7. Konsul dengan ahli diet tinggi dalam kalori dan karbohidrat sederhana, rendah lemak dan tinggi protein sedang dan memberikan tambahan cairan sesuai indikasi.
8. Kolaborasi dalam pemberian vitamin alinamin F 1amp/12jam untuk pencernaan ultilox 3x1tab dan untuk pungsi hati epahin 1-0-1tab dan comafusin 1botol/hari.









1. Catat intake dan autput tiap 24jam timbang BB tiap hari.



2. Ukur lingkar abdomen tiap hari.



3. Awasi TD tiap jam.








4. Anjurkan untuk tidak berbaring/tidak banyak bergerak.

5. Penatalaksanaan obat diuretik seperti damaben 10gr 3x1.







1. Kaji kekuatan dan tanus otot ekstrim task lien








2. Anjurkan klien untuk mengubah posisi secara berlahan



3. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya


4. Anjurkan kepada keluarga untuk lebih memperhatikan kebutuhan klien.

5. Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik :
- Ampicilin 1gr/8jam.


1. Awasi frekuensi kedalaman dan upaya pernafasan tiap/8jam.



2. Auskultasi bunyi nafas krekelsmengi, ronchi tiap 8jam.



3. Pantau perubahan tingkat kesadaran tiap 24jam.


4. Pertahankan kepala tempat tidur agar tetap lebih tinggi. 1. Persepsi tiap orang berbeda oleh karena ituharus diketahui mulai dari sifat, skala, intensitasnya agar intervensi lanjut dapat ditegakkan.

2. Nyeri dapat mempengaruhi vital sign/TTV sebagai reaksi kompensasi tubuh untuk melawan nyeri yaitu stimulasi saraf simpatis yang menimbulkan nasokonstriksi pembuluh darah ditandai dengan peningkatan TD, Nadi, Pernafasan dan terkadang suhu juga meningkat.


3. Tekhnik relaksasi nafas dalam, messase daerah nyeri dan aktifitas hiburan dapat menstimulus sarafmennosiceptor dengan mengeluarkan serabut saraf endorphin yang akan menghambat nosiseptor untuk bekerja



4. Posisi yang dirasakan nyaman bagi klien dan terutama posisi yang dapat ,mengurangi penekanan pada pinggang.


5. Lingkungan yang tenang akan mengurangi stimulus yang masuk sehingga klien akan lebih rileks dan tidak akan menambah stimulus nyeri.

1. Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defisiensi


2. BB merupakan salah satu indikator tentang status nutrisi, tapi pada pasien asites mungkin sulit, jadi harus diambil perbandingan dengan perubahan status cairan.

3. Motifasi dari orang terdekat dapat memberikan semangat kepada klien diet yang tepat penting untuk penyembuhan.




4. Buruknya toleransi terhadap makanan yang banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen

5. Posisi semi powler setelah makan, dapat mengurangi perassan penuh dari abdomen




6. Makanan yang kasar dapat menimbulkan perdarahan pada sirosis berat dimana terdapat narises esofhagus.


7. Karbohidrat memberikan energi yang siap pakai, lemak diserap dengan buruk karena disfungsi hati, Protein diperlukan pada perbaikan kadar protein serum untuk meningkatkan regenerasi sel hati.


8. Alinamh F berfungsi untuk mencegah mengobati kekurangan vitamin B1 sehingga mampu meningkatkan tonus otot dan menyerap asam di lambung.
- Ultilox mampu menetralisir asam lambung
- Epatin dapat melancarkan sirkulasi dalam hati melalui proses filtrasi
- Comafusin berisi asam amino sebagai profilaksim yang memfiltrasi dan memperbaiki fungsi hati


1. Menunjukkan status volume sirkulasi dan respon terhadap terapi peningkatan BB sering menunjukkan retensi cairan lanjut.

2. Peningkatan lingkar abdomen menunjukkan akumulasi cairan abdomen lebih lanjut.

3. Peningkatan TD dapat dijadikan indikasi Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan aliran darah portal yang dihambat dihati dan menyebabkan retensi natrium.

4. Menurunkan mobilitas cairan yang dapat menurunkan penimbunan cairan dalam tubuh.

5. Obat dioretik mengandung furosemid yang bekerja untuk menekan ADH di hypothalamus sehingga terjadi diuresisi cairan yang kemudian diproses.



1. Kekeuatan otot merupakan salah satu indikator dalam pemenuhan ADL, apabila kekutan otot maksimal maka klien dapat berakptifitas secara mandiri tetapi akan mengalami penurunan maka ADL terganggu

2. Dengan merubah posisi dapat menghindari kekakauan otot




3. Klien dapat terpenuhi kebutuhannya jika dibantu orang lain, terutama yang dapat ditoleransi klien

4. Tanpa keluarga, klien tidak akan bias berbuat apa-apa, oleh karena itu kehadiran keluarga sangat dibutuhkan oleh klien.


5. Ampicilin adalah obat antibiotik yang bekerja dalam spectrum gram negative.




1. Pernafasan dangkal dan cepat dispnea mungkin ada hubungannya dengan hipoksia dan akumulasi cairan dalam abdomen .

2. Menunjukkan terjadinya komplikasi contoh : adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan dalam abdomen.

3. Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diagfragma.

4. Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.

























F. CATATAN TINDAKAN DAN EVALUASI

Nama Pasien : Tn “G” Nama Mahasiswa : IRSAN
Nomor Rekan Medik : 04 87 73 N I M : 06.028
Ruang Rawat : Mawar/Kamar 3

TGL NO JAM IMPLEMENTASI DAN HASIL EVALUASI
09/08/
2009























































13/08/
2009






































03/08/
2009





















03/08/
2009














03/08/
2009


































03/08/
2009





























04/08/
2009
































04/08/
2009





















04/08/
2009





















04/08/
2009 I
























































II







































III






















IV















V



































VI






























I

































II






















III






















IV 09.00






09.15








10.00








10.15















13.45







14.00







08.30





09.00










09.30













09.45








08.30





09.45








08.45







09.35








10.00






08.45











09.00









09.15













10.00












08.00



09.15







10.00





13.15







08.00






08.10










10.00







08.00








10.00









14.00




09.00 2. Mengobservasi tanda-tanda vital klien Hasil TR 130/80 MMHG
N : 80 x /menit
P : 20 x / menit
S : 37,5 0C

1. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan klien hasil :
Klien merasakan nyeri pada pinggang kiri dan kanan menjalar ke paha kanan dan sifatnya hilang timbul dengan skala sedang (4 - 7)

4. Memberi posisi yang nyaman bagi klien yakni posisi semi fowler
Hasil ;
Klien dibantu dengan posisi miring kanan dan semi fowler dan klienm merasa nyaman.

3. Mengajarkan kepda klien tehnik relaksasi nafas dalam dan ajarkan tehknik messase daerah nyeri
Hasil :
- Klien mengikuti tehknik yang diajarkan, yaitu dengan menarik nafas panjang melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut.
-Klien tampak mengelus-elus/melakukan messase ringan pada daerah nyeri (abdomen)

5. Menganjurkan kepada keluarga klien untuk menciptakan lingkungan yang tenang bagi klien.
Hasil :
Keluarga tidak ribut saat klien beristirahat

2. Mengobservasi tanda-tanda
vital klien.
Hasil :
TD : 140/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 370C

8. Membantu klien minum obat curcuma 3 x 1 tablet
Hasil :
Obat tablet curcuma 3 x 1 tablet via oral.

1. Mengkaji statis nutrisi klien
Hasil :
- Klien kurang nafsu makan karena selalu merasa penuh pada abdomen
- Klien makan 3 x sehari dengan posisi makan tidak dihabiskan ± 1/3 porsi
- Klien makan bubur + putih telur

3. Membantu klien untuk makan di tempat tidur dan menjelaskan pentingnya asupan nutrisi bagi tubuh klien
Hasil :
- Klien dibantu makan dengan posisi kepala lebih ditinggikan, makanan tidak dihabiskan.
- Klien paham tentang pentingnya nutrisi, tetapi klien selalu merasa penuh.

5. Menganjurkan untuk beristirahat dengan posisi semi fowler setelah makan.
Hasil :
Klien mengerti tentang pentingnya istirahat baginya karena klien merasa nyaman

8. Membantu klien minum obat curcuma 3 x 1
Hasil :
Curcuma 3 x 1 tablet via oral

5. Menganjurkan klien untuk beristirahat dengan posisi semi fowler dan mengubah posisi secara perlahan
Hasil ;
Klien mengurangi pergerakan dan tirah baring.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital klien
Hasil :
TD : 140/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 370C

1. Mengkaji kekuatan otot , tanus otot dan massa otot
Hasil :
- Tanus otot lemah
- Tanus otot tidak mengalami kekakuan
- Mampu melawan tahanan tapi kekuatan berkurang

5. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi secara perlahan.
Hasil :
Klien miring kiri dan kanan secara perlahan.

1. Memberitahu kepada keluarga klien untuk tetap proteksi dini dengan tidak kontak terhadap keringat , mukosa dan urine klien, tapi keluarga jangan menghindari klien
Hasil :
Keluarga memahami setelah diberitahu oleh perawat

2. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan peralatan untuk pasien secara tersendiri, seperti peralatan makan, mandi dan pakaian klien.
Hasil :
Keluarga akan melakukan hal tersebut.

4. Mengobservasi hasil laboratorium
Hasil :
Laboratorium Tanggal 01 Agustus 2009
HB : 13,3 Gr%
Gns : 98,7 Mg/100 Ml
SGOT : 170,9 u/l
SGPT : 180,6 u/l
Ureaum : 19,8 Mg/100 Ml
Creatinin : 0,3 Mg/100 Ml


1. Mengobservasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan klien.
Hasil :
- Frekwensi nafas : 20 x /menit
- Pola nafas : Eupnea (kecepatan dan kedalaman normal)
- Upaya nafas : Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

2. Mendengarkan bunyi nafas
Hasil :
Bunyi nafas vasikuler

3. Mengkaji tingkat perubahan kesadaran
Hasil :
Tingkat kesadaran klien compos mentis dengan derajat kesadaran EAUSMG = 15

4. Menganjurkan untuk meninggikan kepala pasien
Hasil :
Klien berbaring dengan posisi kepala lebih tinggi.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital klien
Hasil :
TD : 130/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 370C

1. Mengkaji nyeri yang dirasakan klien
Hasil :
Klien mengatakan nyeri pada pinggang kanan dan kiri berkurang.

3. Menganjurkan pada klien untuk tetap tehknik relaksasi nafas dalam messase daerah nyeri bila nyeri timbul
Hasil :
Klien mengatakan nyerinya berkurang dan hilang bila melakukan relaksdasi nafas dalam

2. Megobservasi tanda-tanda vital klien
Hasil ;
TD : 120/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 36,50C

4. Menganjurkan klien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering
Hasil :
Klien mengatakan makan sedikit-sedikit dan sekarang klien makan bubur 2 sendok

6 Menganjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi makanan keras dan hanya sebaiknya mengkonsumsi makanan dari Rumah sakit
Hasil :
Klien dan keluarga mengatakan bahwa klien hanya makan bubur

2 Menimbang berat badan klien
Hasil :
BB = 41 Kg

1. Mengobservasi tanda-tanda vital klien
Hasil :
TD : 130/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 370C

4 Menganjurkan untuk membatasi gerakan
Hasil :
Klien tidak banyak bergerak di tempat tidur

1. Megobservasi tanda-tanda vital klien
Hasil :
TD : 120/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 36,50C

3 Membantu Klien untuk memenuhi kebutuhannya di tempat tidur
Hasil :
Klien di waslap di tempat tidur dan membantu klien membersihkan mulut dengan bethadine kumur dan memberikan bedak ke tubuh klien agar nampak bersih dan terawat

4 menganjurkan kepada keluarga untuk lebih memperhatikan kebutuhan klien
Hasil :
Keluarga mengatakan akan memperhatikan kebutuhan klien Jam 14.00
S : Klien mengatakan bahwa ia masih merasakan nyeri pada pinggangnya namun nyerinya sudah dirasakan berkurang

Obyektif :
Ekspresi wajah masih nampak meringis
TTV = TD : 140/80
N : 80 x/ menit
P : 20 x / menit
S : 370C

A :
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5

































Jam 14.00
S :
Klien mengatakan masih merasa perih

O :
Porsi makan tidak dihabiskan sampai 1/3 porsi

A :
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6
























Jam 14.00
S :
Klien mengatakan masih merasa penuh

O :
Porsi makan tidak dihabiskan sampai 1/3 porsi

A :
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5







Jam 14.00
S :
Klien mengatakan sudah bisa duduk di tempat tidur

O :
Klien masih nampak lemah

A :
Masalah belum teratasi
P :
Melanjutkan intervensi


Jam 14.00
S :
- Keluarga mengatakan bahwa selama ini peralatan klien dipisahkan.
- Keluarga mengatakan bahwa ia cuci tangan setelah kontak dengan klien

A :
Resiko infeksi tidak teratasi

P:
-


















Jam 14.00
S :
Klien mengatakan tidak merasa sesak

O :
- Frekwensi nafas = 20 x / menit
- Tingkat kesadaran caupos mentis
- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan

A :
Perubahan pola nafas tidak efektif tidak terjadi

P :
-











Jam 14.00
S :
Klien mengatakan bahwa ia tidak merasakan nyeri pada pinggangnya

O :
Ekspresi wajah ceria
TD : 130/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 370C














A :
Masalah teratasi

P:
-



Jam 14.00
S :
Klien mengatakan makan sedikit-sedikit tapi sering

O :
- BB = 41 Kg
- Porsi makan tidak dihabiskan, sebanyak ½ porsi

A :
Masalah belum teratasi

P :
Lanjutkan intervensi 3,2,4
(3) Bantu dan dorong klien untuk makan
(4) Anjurkan untuk makan sedikit-sedikit tapi sering


Jam 14.00
S :
Klien mengatakan perutnya masih membesar

O :
TD : 120/80 MMHG
N : 80 x / menit
P : 20 x / menit
S : 36,50C

A :
Masalah belum teratasi

P :
Lanjutkan intervensin 6
(6) Berikan HE tentang penyakitnya sampai timbul asites.


Jam 12.00
S :
Klien mengatakan sudah mampu mewaslap sendiri keringatnya dan berkumur-kumur bethadine saat setelah makan

O :
Klien sudah bisa duduk dalam waktu yang cukup lama ± 1 jam.

A :
Masalah belum teratasi

P :
Lanjutkan intervensi 3 dan 4
(3) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya
(4) Anjurkan kepada klien untuk tetap memperhatikan kebutuhan klien





















BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesenjangan yang ditemukan antara konsep teori yang dibahas pada bab II sebelumnya dengan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. G dengan sirosis hepatis yang dirawat di perawatan Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep yang dirawat dari tanggal 3 s.d 5 Agustus 2009.
Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, penulis membahas sesuai dengan tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut teori, data yang ditemukan pada pengkajian klien dengan hepatitis meliputi kelemahan, kelelahan, malaise umum, ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa, urine gelap, diare/konstipasi, faeces warna tanah liat, hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, mual/muntah, asites, gatal (pruritus), demam, hepatomegali dengan nyeri tekan.
Sedangkan data yang ditemukan pada kasus Tn. G meliputi mual dan muntah, kelemahan, sering bertanya, cemas, porsi tidak dihabiskan, ADL dilayani di tempat tidur, tirah baring, gelisah, wajah tegang, penurunan berat badan,.
Dari hasil ini, kesenjangan yang ditemukan adalah data teori yakni urine gelap, diare/konstipasi, faeces warna tanah liat, asites dan gatal (pruritus) tidak ditemukan pada kasus, hal ini disebabkan karena pada kasus, derajat gangguan pada hati tergolong berat, ini dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium dimana hasil pemeriksaan SGOT dan SGPT masih sangat tinggi.
Disamping itu data pada kasus yang tidak ditemukan pada teori adalah nyeri dan gangguan pola nafas. Data ini muncul pada kasus klien karena kasus sudah cukup lama dan penanganan terlambat ke Rumah Sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim ditemukan pada klien dengan hepatitis (Doenges Marilynn E, 1999) ada 7 diagnosa sebagai berikut :
a. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ; penurunan kekuatan/ketahanan ; nyeri.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
f. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
g. Kurang pengetahan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
Sedangkan pada kasus Tn. G diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu :
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat / anoreksia.
b. Nyeri berhubungan dengan penekanan cairan intra abdominal
c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan regulasi cairan
d. Deficit ADL berhubungan dengan kelemahan
e. Resiko infeksi ke orang lain berhubungan dengan proses penyakitnya.
f. Resiko perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan complain paru..
Kesenjangan yang ditemukan adalah :
a. Terdapat 5 diagnosa keperawatan dalam teori yang tidak ditemukan pada kasus nyata yakni :
1) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan diare.
Diagnosa ini tidak ditegakkan karena tidak ada kecenderungan klien mengalami kekurangan volume cairan. Hal ini dimungkinkan oleh karena tidak ditemukan adanya data diare dan muntah berlebihan sebagai penyebab hal tersebut justru kebalikan dari hal tersebut
2) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel/marah, terkurung/isolasi, sakit lama/periode penyembuhan.
Diagnosa ini tidak ditegakkan pada kasus karena tidak ada tanda dan gejala yang mendukung untuk tegaknya diagnosa tersebut, disamping itu klien juga tidak menjalani perawatan isolasi selama dirawat di rumah sakit.
3) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Diagnosa ini tidak ditegakkan pada kasus karena klien sudah menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit dan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai sel darah putih dalam keadaan normal dan tidak menunjukkan adanya kecenderungan untuk menderita infeksi.
4) Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan zat kimia, akumulasi garam empedu dalam jaringan.
Diagnosa ini tidak ditegakkan karena pada pengkajian, tidak nampak adanya ikterik yang berlebihan pada kulit yang dapat menimbulkan pruritus yang memungkinkan terjadinya resiko kerusakan integritas kulit.
5) Kurang pengetahan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan salah interpretasi, tidak mengenal sumber informasi.
Diagnosa ini tidak dimunculkan oleh penulis karena penulis telah mengangkat diagnosa kecemasan dengan menjadikan kurang pengetahuan sebagai penyebab diagnosa tersebut.

b. Terdapat 4 diagnosa keperawatan dalam kasus yang tidak ditemukan pada teori yakni
1). Nyeri berhubungan dengan cairan intra abdominal. Diagnosa ini muncul karena adanya perembesan cairan dari intra vaskuler ke rongga abdomen sehinga tekanan intra abdominal meningkat..
2). Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. Diagnose ini muncul karena adanya peningkatan tekanan vena porta sehingga cairan banyak keluar mengisi ruang kosong termasuk daerah sub kutan.
3). Resiko infeksi ke orang lain berhubungan dengan proses penyakitnya. Diagnose ini muncul karena pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara penularannya sangat minim sehinga potensi sekali menularkan ke orang lain.
4). Resiko perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan complain paru. Diagnose ini muncul karena adanya cairan pada rongga abdomen sehingga tekanan intra abdominal meningkat yang otomatis juga menekan diafragma sehingga ekspansi paru sangat menurun.
3. Perencanaan
Pada perencanaan, kesenjangan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Untuk diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat, intervensi berikan perawatan mulut sebelum makan, anjurkan makan dalam posisi duduk tegak dan dorong pemasukan sari jeruk, minum karbohidrat dan permen tidak direncanakan pada kasus hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah dilaksanakan oleh keluarga sejak klien dirawat di rumah sakit.
b. Untuk diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan otot, intervensi berikan aktivitas hiburan yang tepat, awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati, serta awasi kadar enzim hati tidak dilakukan karena situasi dan kondisi rumah sakit yang kurang memungkinkan untuk perencanaan intervensi tersebut.
4. Pelaksanaan
Pada tahap ini, seluruh rencana yang disusun oleh penulis dapat dilaksanakan selama 3 hari perawatan. Hal ini dimungkinkan oleh kerjasama yang baik dengan keluarga klien serta tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan kesehatan klien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, waktu dan intervensi yang ada diatur sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien selama dirawat di rumah sakit serta disesuaikan pula dengan fasilitas yang ada di rumah sakit.
5. Evaluasi
Pada tahap ini, dari diagnosa yang dirumuskan oleh penulis pada kasus Tn. G yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep, semua masalah dapat teratasi. Diagnosa ini dapat diatasi karena adanya kerjasama yang baik dengan keluarga klien dan petugas rumah sakit serta tim kesehatan yang berperan dalam proses penyembuhan klien.











BAB V
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan akhir dari karya tulis ini dan saran-saran untuk peningkatan pelayanan perawatan khususnya yang menderita sirosis hepatis.
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penulisan karya tulis ini sesuai dengan tujuan yang ada yaitu :
1. pada pengkajian klien dengan hepatitis, tidak semua konsep yang ada dalam teori dapat ditemukan pada kasus nyata. Hal ini tergantung pada berbagai faktor meliputi umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh, mekanisme koping dan kemampuan adaptasi.
2. Diagnosa keperawatan pada klien dengan hepatitis tidak selalu sesuai dengan teori yang ada. Diagnosa keperawatan lain dapat muncul apabila klien memunculkan respon yang berbeda dari biasanya.
3. Perencanaan keperawatan pada klien dengan hepatitis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan keinginan klien selama tidak bertentangan dengan konsep teori.
4. Evaluasi keperawatan pada klien dengan hepatitis tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat karena hepatitis memerlukan waktu yang relatif agak lama dalam proses penyembuhannya.


B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis akan mengemukakan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit.
1. Pengkajian keperawatan harus dilakukan secara sistematis pada klien dengan hepatitis sehingga data-data yang didapatkan akurat dan memudahkan dalam menganalisa kemungkinan masalah-masalah yang ada dan mungkin timbul.
2. Dalam mengidentifikasi masalah yang timbul pada klien dengan hepatitis khususnya, hendaknya fokus utama ditujukan kepada klien/individu kemudian keluarga dan perawat harus memperhatikan kebutuhan klien secara komprehensif baik bio-psiko-sosial dan spiritual yang mencakup seluruh proses kehidupannya.
3. Dalam menyusun perencanaan keperawatan sebaiknya disusun berdasarkan kebutuhan klien dengan melibatkan keluarga dalam penyusunannya sehingga pelaksanaan proses keperawatan dapat berhasil sesuai dengan yang direncanakan.
4. Perlu diupayakan agar pelaksanaan prose keperawatan dilakukan pada pasien dari sejak masuk rumah sakit hingga keluar sehingga dapat tergambar secara jelas manfaat proses keperawatan terhadap penderita.


















DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, dkk; 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Barbara Engram ; 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Medikal Bedah, Volume 3, Jakarta.

Doenges ; Moorhouse ; Geister ; 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

H. M. Syaifoellah Noer, Prof. Dr ; 1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta.

Hudak dan Gallo ; 1994, Keperawatan Kritis, Volume 2, EGC, Jakarta.

Med. Ahmad Ramali, Dr ; K. St. Pamoentjak ; 1999, Kamus Kedokteran, Jakarta.

Robert Prihardjo ; 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta.

Susan Martin Tucker, dkk ; 1999, Standar Perawatan Pasien, Volume 2, Jakarta.

Sylvia A. Price ; Lorraine M. Wilson, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar