HTML

materi kuliah

Selasa, 27 Juli 2010

anemia

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Secara umum definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Secara khusus anemia megaloblastik adalah kelainan kurang darah yang diakibatkan gangguan sintesis DNA ditandai adanya sel megaloblas Sel yang paling dipengaruhi adalah sel yang membelah cepat darah dan epitel usus, kebanyakan disebabkan defisiensi B12 dan asam folat, kekurangan keduanya menyebabkan gangguan sintesa DNA sehingga pembelahan terganggu. (http://www.majalah-farmacia.com)

Anemia atau orang awam sering menyebutnya Kurang Darah (KD) biasanya dihubungkan dengan ciri kondisi tubuh 3 L; letih, lemah, dan lesu. Kondisi itu terjadi akibat berkurangnya kandungan vitavin B 12 dan asam folat di dalam darah. KD tak hanya milik orang dewasa tapi anak-anak pun bisa terserang. Sekitar 100 jiwa atau 1 diantara 2 penduduk Indonesia menderita anemia.

Boleh jadi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004 yang menunjukkan tingginya kejadian anemia pada kelompok usia sekolah dan lebih sering terjadi pada wanita menjadi alarm bagi para orangtua. Sebab hasil dari SKRT 2004 itu menunjukkan angka persentase anemia megaloblastik terjadi pada 39 persen balita dan 24 persen pada usia 5-11 tahun.

Ketua III Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) dr Soedjatmiko, SpA (K) mengungkapkan, anemia di Indonesia tahun 2000 adalah 8,1 juta anak balita (40,5 persen), 17,5 juta anak usia sekolah (47,2 persen), 6,3 juta remaja putri (57,1 persen), 13 juta wanita usia subur (39,5 persen), 6,3 juta ibu hamil (57,1 persen).

Prevalensi anemia pada anak balita, yakni 337 per 1.000 anak laki-laki dan 492 per 1.000 anak perempuan. Prevalensi usia 5-14 tahun 428 per 1.000 anak lelaki, dan 492 per 1.000 anak perempuan. Kondisi itu tentu saja menggusarkan pikiran Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari SpJP(K) dalam sambutannya di acara Kampanye Antianemia yang digelar di Departemen Kesehatan, Maret lalu. Dikatakan Menkes bahwa di Indonesia, jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6-18 tahun) mencapai 65 juta jiwa. Andaikan angka itu digabung dengan penderita anemia usia balita, remaja putri, ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total mencapai 100 juta jiwa. Secara umum bisa dikatakan bahwa satu di antara dua penduduk Indonesia menderita anemia.

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami apa itu anemia megaloblastik.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang terkait dengan anemia megaloblastik.
Untuk mengetahui cara penanganan, pengobatan dan perawatan dari anemia megaloblastik.







BAB II
PEMBAHASAN


A. Definisi

Anemia karena kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik.
Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas). Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal.
Anemia megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut.
Kadang anemia ini disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker (misalnya metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin).
( www.indonesiaindonesia.com).

B.Patofisiologi
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. Defisiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan, yang mengakibatkan anemia megaloblastik. Walaupun anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia megaloblastik defisiensi folat lebih sering ditemukan dalam praktek klinik.
Anemia megaloblastik sering kali terlihat pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alcohol atau pada remaja dan pada kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan dan hipertiroidisme. Penyakit celiac dan sariawan tropik juga menyebabkan malabsorpsi dan penggunaan obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam folat juga mempengaruhi. (Beck, 1983).

C. Etiologi
Anemia megaloblastik diakibatkan dari keadaan sintesis asam nukleat yang
tidak normal, seperti kekurangan asam folat dan vitamin B12. Peran dari asam
folat dan B12 adalah sebagai kofaktor pada konversi deoksiuridin menjadi
deoksitimidin. Vitamin B12 tedapat dalam konsentrasi tinggi didalam hati hewan.
Kekurangan vitamin B12 ini jarang sekali terjadi kecuali orang-orang yang
melakukan vegetarian yang ketat. Sedangkan asam folat secara luas tersebar pada
sayuran yang berdaun hijau. Defisiensi asam folat pada makanan sering sekali
terjadi pada keadaan malnutrisi.

D. Patogenesis

Anemia megaloblastik berfungsi sebagai pembentuk DNA dan khusus vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin. Akibat dari sintesis DNA pada inti
eritroblast malnutrisi menjadi lambat sehingga kromatin menjadi lebih longgar
dan selnya menjadi lebih besar. Hal ini dikarenakan pembelahan selnya lambat.
Sel eritroblas yang ukurannya besar serta susunan dari kromatin yang longgar
disebut sebagai sel megaloblas. Kelainan ini juga terjadi pada sistem mieloid dan
megakariosit sehingga anemia megaloblastik sering disertaiu leucopenia dan
trombositopenia ringan.
E.Diagnosis

Gambaran umum dari anemia megaloblastik adalah anemia timbul secara
perlahan dan progresif, kadang-kadang disertai ikterus ringan, dan glositis dengan
lidah berwarna merah. Pada defesiensi vitamin B12 dijumpai gejala neuropati
sedangkan asam folat tidak.
Pemeriksaan anemia megaloblastik dapat dilakukan dengan pemeriksaan
sumsum tulang, penentuan penyebabnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan
klinis dan laboratorium. Defisiensi folat identik dengan defisiensi vitamin B12,
jadi dengan pemberian asam folat maka akan menutupi anemia defisiensi vitamin
B12, begitu juga sebaliknya. Tapi dengan pemberian folat tidak bisa memperbaiki
efek neurologik jadi hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan
menyingkirkan kekurangan vitamin B12 sebelum mengobati anemia
megaloblastik dengan folat.


F. GEJALA KLINIS :
Gejala klinis defesiensi B12
• Kelainan melibatkan darah, GE, saraf
• Anemia
• Muka pucat mata kekuningan
• Kadar bilirubin meningkat
• Nyeri lidah, lidah papilnya halus dan kemerahan.
• Anoreksia mungkin dengan diare
• Matirasa, kelemahan dan ataksia, mudah lupa, sampai psikosis, reflek lutut menurun
Gejala klinis defesiensi asam folat
Mirip def B12 tetapi tidak tampak gangguan neurologist


G. Pencegahan dan Pengobatan
1. Pencegahan
Pencegahan defisiensi asam folat, dengan memakan makanan yang
mengandung banyak asam folat. Sedangkan untuk ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi tablet asam folat. Untuk defisiensi vitamin B12 dengan pola
makan yang seimbang.
2. Pengobatan anemia pada penderita anemia megaloblastik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pengobatan bergantung pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang dirawat di rumah sakit sering memberi respon “spontan” bila di berikan diet seimbang. 2.
Terapi def B12
• Kobalamin 1000 mikrogram IM tiap minggu sampai 6 minggu
• Bila membaik diberikan 1 bulan sekali
• Bisa dilanjutkan oral 2 mg/hari
• Bila perlu tranfusi PRC pelan pelan
• Pengobatan penyakit penyebab
• Asam folat oral dosis tinggi


Terapi def asam folat 1-5 mg / h
Terapi utamanya adalah terapi ganti dengan asam folat atau vitamin B12,
tetapi harus juga dengan terapi perbaikan gizi, yaitu:

1.Untuk defisiensi vitamin B12 dengan pemberian hydroxycobalamin
secara intramuskuler 200mg/hari atau 1000mg/minggu selama 7minggu. Dosis pemeliharaan 200mg tiap bulan atau 1000mg tiap 3bulan.
2. Untuk defisiensi asam folat cukup dengan pemberian asam folat
5mg/hari selam 4 bulan.
Respon untuk pemberian terapi adalah dengan naiknya retikulosit mulai hari
2-3 dengan puncaknya hari 7-8. Hemoglobinnya harus naik 2-3g/dl tiap 2 minggu,
sedangkan neuropati biasanya membaik tapi kerusakan pada medulla spinalis
biasanya ireversibel.



















BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengkajian
Aktivitas/istrahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum kehilangan produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap keletihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istrahat lebih banyak.
Tanda : Takikardia/takipnea; dipsnea pada bekerja atau istrahat.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan kronis, menstruasi berat, kerja jantung berlebihan.
Tanda : Tekanan darah : peningkatan sistoloik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar ; hipotensi postural distrimia : abnormalitas EKG misalnya depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T ; takikardia.
Integritas Ego
Gejala : keyakinan agama/budaya mempengaruhi piliohan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
Eliminasi
Gejala: Riwayat pielonefritis, gagal ginjal flatulen, sindrom malabsorbsi.
Tanda : Distensi abdomen
Makanan dan Cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/makanan produk sereal tinggi. Nyri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada farings).
Tanda : Lidah tampak merah, daging garing halus (AP ; defesiensi asam folat dan vitamin B12). Membran mukosaa kering, pucat.
Higiene
Tanda : Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.
Neurosensoris
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan berkonsentrasi.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala.
Pernapasan
Gejala : Riwayat TB, abses paru.
Tanda : Takipnea, ortopnea dan dipsnea.
Keamanan
Gejala : Riwayat pekerjaan terpajang terhadap bahan kimia, misalnya bensin, insektisida.
Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misalnya ,menoragia atau aminorea. Hilang libido (pria dan wanita). Impotensi.
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Kecenderungan keluarga untuk anemia
Adanya perdarahan yang berulang atau episode aktif, riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit malabsorbsi.


Diagnosa Keperawatan
1. perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seller yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel
2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3. nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan kebutuhan normal
4. inegritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia).
5. konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan, perubahan proses pencernaan efek samping terapi obat.
6. infeksi resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuatnya misalnya, penurunan Hb, lekopenia, atau penurunan granolisit (respon inflamasi tertekan).
7. Kurang pengetahuan belajar tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/ mengingat, salah intervetasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

1. perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seller yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel
I/ Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/ membrane mukosa, dasar kuku.
R/ Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan prrpusi jariongan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
I/ Tinggikan kepala tempat tidur sesuaitoleransi.
R/ Meningkatkan espansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
I/ Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi jantung,
R/ dipsnea, gemerik menunjukkan GJK karena renggangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung.
2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antar suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
I/ Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/ aksi normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
R/ Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
I/ Kaji kehilangan gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
R/ Menunjukkan perubahan neuorologi karena difesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
I/ Awasi TD, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
R/ Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.

3. nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorbsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan kebutuhan normal
I/ Kaji riwayat nitrisi, termasuk makanan yang disukai.
R/ Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
I/ observasi dan catat masukan makanan pasien.
R/ Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
I/ Timbang berat badan tiap hari.
R/ mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi
4. integritas kulit, kerusakan, resiko tinggi terhadap perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia).
I/ Kaji integritas kulit, catat perubahan pada tugor, gangguan warna, hangat lokal, eritema.
R/ Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immonobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
I/ Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak atau di tempat tidur.
R/ Meningklatkan sirkulasi kesemua area kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
I/ Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
R/ Meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah statis.
5. konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan, perubahan proses pencernaan efek samping terapi obat.
I/ Askultasi bunyi usus.
R/ Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
I/ Awasi masukan dan pengeluaran dengan perhatian khusus pada makanan dan cairan.
R/ Dapat mengidentifikasikan dehidrasi, kehilangan berlebihan atau mengidentifikasikan diet.
I/ Dorong masukan cairan 2.500 – 3.000 ml perhari dalam toleransi jantung.
R/ Membantu dalam memperbaiki konstipasi feses bila konstipasi. Akan membantu mempertahankan ststus hidrasi pada diare.
6. infeksi resiko tinggi terhadap pertahanan sekunder tidak adekuatnya misalnya, penurunan Hb, lekopenia, atau penurunan granolisit (respon inflamasi tertekan).
I/ Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
R/ Menurunkan resiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
I/ Dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
R/ Meningkatkan ventilisasi semua sekmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pnemonia.
I/ Tingkatkan masukan cairan adekuat.
R/ Membantu dalam mengencerkan sekresi pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh (misalnya pernapasan dan ginjal).
7. Kurang pengetahuan belajar tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajang/ mengingat, salah intervetasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
I/ Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
R/ Ansietas/akut tentang ketidaktahuan meningkatkan tingkat sters, yang selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan menururunkan ansietas.
I/ Jelasakan bahwa darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia.
R/ Ini sering merupakan kekhawatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat ansietas pasien.
I/ Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan deiet khusus ( ditentukan oleh tipe anemia/defisiensi).
R/ Daging merah, hati, kunimg telur, sayuran berdaun hijau, biji-biji bersekam dan buah yang dikeringkan adalah sumber zat besi. Sayuran hijau, hati, dan buah asam adalah sumber asam folat dan vitamin C (meningkatkan absorbsi besi)





























BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
anemia megaloblastik adalah kelainan kurang darah yang diakibatkan gangguan sintesis DNA ditandai adanya sel megaloblas Sel yang paling dipengaruhi adalah sel yang membelah cepat darah dan epitel usus, kebanyakan disebabkan defisiensi B12 dan asam folat, kekurangan keduanya menyebabkan gangguan sintesa DNA sehingga pembelahan terganggu.

B. SARAN
Semoga tugas ini dapat berguna bagi kita semua sesama mahasiswa dalam memahami anemia megaloblastik








Daftar Pustaka

1. Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
2. http://www.majalah-farmacia.com
3. http://www.pediatrik.com
4. Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta

ca cerviks

Tugas : Keperawatan Medikal Bedah II
Oleh : Yusran Haskas, S, KM







OLEH
KELOMPOK 4:

SURIANI NOUR SRIYANAH
OESRIYATI WALID NINA MAULIANA. D
RUSMAWATI LATIF MERLIS MAGDALENA
SERLINA TIKU RAHMAWATI
DEWI RAHMA NURWAQIAH
IRMAWATI SUDIANTO
HARJUM HASMIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
KATA PENGANTAR


Assalamu Alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan segala rahmat dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia, hidayah, reski dan kesempatan yang diberikan Kepada kami sehingga tugas membuat makalah ini terselesaikan. Makalah yang berjudul ”ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIKS ” ini merupakan tugas dari Dosen mata kuliah”KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II”sebagai tugas kelompok yang di berikan oleh Bapak Yusran Haskas, S.KM. Makalah yang penulis buat ini tidak lepas dari bantuan yang sangat mempengaruhi tersusunnya makalah ini,maka dari itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada :
1. Bapak Yusran Haskas, S.KM. Atas segala bimbingan dan arahan serta memberikan wawasan yang lebih luas bagi kami tentunya dengan keberadaan tugas ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
2. Kepada warnet atas infonya…
3. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
TERIMAKASIH Penulis berharap semoga segala bantuan yang diberikan mendapat berkah dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehubungan dengan itu penulis tetap membuka diri untuk menerima masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna Penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amien

Makassar, 03 Oktober 2007

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II KONSEP MEDIK
A. Definisi
B. Insiden
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Anatomi Fisiologi
F. Klasifikasi. 6
G. Manifestasi..................................................................................... 7
H. Prognosis........................................................................................ 7
I. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Patofisiologi
C. Skema Penyimpangan KDM
D. Diagnosa
E. Intervensi
F. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Memang istilah "kanker" sendiri sudah pasti memberi kesan menakutkan dan menyeramkan. Laksana seorang terpidana menerima hukuman mati. . (Smlettzerr dan Bare, 2003).
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker. selama 40 tahun terakhir, kanker serviks invasive telah menurun dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Meskipun demikian, kondisi ini merupakan kanker reproduktif wanita ketiga yang paling umum, tidak termasuk kanke payudara. Kondisi ini paling sering trjadi pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi diusia dini yaitu 18 tahun. Aktivitas sexual berhubungan dengan amgka kejadian kanker serviks pada wanita di bawah usia 25 tahun. Aktivitas pasangan lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan dini, angka kejadian ini prevalen. Penelitian menunjukkan bahwa tipe kanker ini kemungkinan diturunkan secara sexual. (Cermin dunia kedokteran, html, 2008).
Kejadiannya hampir 27 persen di antara penyakit kanker di Indonesia . Namun demikian lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati. Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks (Sylivia A Price, 2003).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan dikaji adalah asuhakn keperawatan penyakit keganasan khususnya ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN KLIEN CARSINOMA SERVIKS.

A. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan konsep medik dari karsinoma serviks yaitu terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik dan prognosis.
2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan karsinoma serviks yang terdiri dari : pengkajian, patofisiologi penyimpangan KDM, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implimentasi, evaluasi, dan rasional.

















BAB II
KONSEP MEDIK
A. Definisi
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.
B. Insidens
Penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kanker ginekologi
500.000 kasus ditemukan setiap tahun
Insiden lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan di negara maju.
Pada negara maju : urutan ketiga setelah kanker payudara dan endometrium.
Di Indonesia : urutan teratas dari 10 jenis kanker ginekologi
50% ditemukan pada stadium lanjut
Usia rata-rata adalah 51,4 tahun
Dapat ditemukan lebih dini, bila Pap Smear teratur
Jenis kanker ganas pertama yang berhasil diobati
C. Etiologi
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Faktor entrinsik diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di Asia.
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
Sering berganti-ganti pasangan seksual.
Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
Melahirkan banyak anak.
Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
Defisiensi vitamin A,C,E.
Higiene genitalia
D. Patofisiologi
PERUBAHAN FISIOLOGIK EPITEL SERVIKS
Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar; kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar.
Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.
PERUBAHAN NEOPLASTIK EPITEL SERVIKS
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK atau daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan matu-rasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
E. Anatomi Fisiologi
Cerviks adalah bagian dari uterus, tetapi struktur dan fungsinya beda dengan corpus uteri. Cerviks membentuk sepertiga bagian bawah uterus. Cerviks masuk ke dalam vagina dengan sudut tegak lurus, dan kadang-kadang cerviksnya juga disebut sebagai colllum uteri. Pada orang dewasa panjang serviks 2,5 cm dan membentuk sepertiga panjang seluruh uterus.










F. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tantang karsinoma serviks adalah sbb:
Tahapan Lesi Lokasi Deskripsi
Tahap 0 Karsinoma in situ Kanker terbatas pada lapisan epitel; tidak terdapat bukti invasi.
Tahap 1 Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks Ukuran bukan merupakan kriteria
Tahap I A Mikroinvasif
Tahap I B Secara klinis jelas merupakan tahap l
Tahap II Kanker vagina Lesi telah menyebar keluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah) atau area paraservikal pada saluran salah satu sisi atau ke dua sisi.
Tahap II A Hanya perluasan vagina
Tahap II B Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina
Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor
Tahap III A Meluas sampai sepertiga bagian bawah vagina saja
Tahap III B Metastase karsinomatosa terisolasi yang dapat teraba pada dining pelvis
Tahap IV Perluasan kandung kemih



Perluasan rektal

Penyebaran jauh Bukti-bukti bahwa karsinoma mengenal kandung kemih tampak pada pemeriksaan sistoskopi atau oleh adanya fistulasi vesikovagina
Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya

*Dikutip dari the International Federation of Gynecology and Obstetrics









G. Manifestasi Klinis
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakuykan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atau timbul perdarahan lebih sering atau timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer,berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.
Nyeri panggul punggung dan tungkai.
Dari vagina keluar air kemih atau tinja, patah tulang.
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.
H. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak diobati atatu tidak memberikan respon terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu:
• Umur penderita
• Keadaan umum
• Stadium
• Gambaran histologik sel tumor
• Kemampuan ahli dalam pengobatan
• Sarana pengobatan yang ada
I. Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara pap smear atau juga dikenal sebagai tes Papanicolaou (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitif) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitodiagnosis didasarkan pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang dieksfoliasi atau dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan mikrobiopsi yang memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan sehat dan sakit. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi.

Biopsi . dilakukan di daerah abnormal jika SSK terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSK tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di dalam kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10 %.
Kolposkopi Cara pemeriksaan dengan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkopi adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, akan di ambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda.

Servikografi, terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu ke-rucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi harus selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat di-lakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan eksisi dilakukan di luar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar spesimen biopsi
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik
Pemeriksaan visual langsung. Pada daerah di mana fasilitas pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak ada, maka pemeriksaan visual langsung dapat digunakan untuk mendeteksi kanker secara dini.


















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan
2. INTEGRITAS EGO
Gejala : Faktor Stress akan perubahan peran
Tanda : Menyangkal
Menarik diri
Marah
3. MAKANAN / CAIRAN
Gejala :Kurang nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit
4. NYERI / KENYAMANAN
Gejala :Nyeri pada cervix yang bervariasi
Tanda :Respon autonomik, gelisah ,berhati – hati pada daerah yang sakit












B. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM

Mutagen atau Bahan-Bahan Kimia Infeksi HPV (Human Papiloma Virus)

Sel tumbuh tidak fisiologik
dan tidak terkendali

Menginvasi & merusak
jaringan normal

KANKER SERVIKS Tindakan pembedahan

Kurang terpajan Metaplasia Amputasi Ekstemitas
Informasi ttg proses
penyakit & program terapi






Merangsang reseptor nyeri

Ansietas
Persepsi nyeri di hipotalamus








C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup sebagai berikut:
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan genetalia dan status kesehatan umum.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan massa jaringan yang abnormal pada liang vagina (cervix)
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang adekuat, dan distress emosional.

D. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1 2
1. Kaji tingkat nyeri


2. Sadari depresi yang melemahkan

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.

4. Kaji kulit yang berada di daerah cervix.

5. Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker leher rahim yang diresepkan yang diketahui mempengaruhi seksualitas. 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri dan sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.
2. Dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan.
3. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
4. Untuk mengathui adanya efek kemerahan atau kulit samak (reaksi radiasi).
5 . Dapat dijadikan pedoman antisipasi masalah akan kebutuhan seksualitas.




E. Evaluasi
Melaporkan penghilangan nyeri yang maximal / tak terkontrol.
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
Penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nutrisi
Mengungkapkan pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada seksualitas dan tindakan untuk memperbaiki/menghadapi masalah










BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Faktor entrinsik diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan asuhan keperawatan masalah penyakit lainnya khususnya Kanker Serviks ini, Dosen bersangkutan dapat membimbing kami lebih baik dan mudah-mudahan makalah kelompok kami ini dapat berguna di bidang kesehatan khususnya keperawatan.


















DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Carsinoma Serviks
http//: www. Medicastore.com
Gunning Ham Garry, dkk, 2006, Obstetri Williams, vol 2, Edisi 21, Jakarta, EGC.
Mansjoer Arif M, dkk, Kapita selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga, Jakarta, Media Aesculapius.
Price A sylivia, Willson M Lorraine, 2005, Patofisiologi, vol 2, Edisi 6, Jakarta, EGC.
Verralls Sylivia , 2003, Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi 3, Jakarta, EGC.













F.

ca cerviks

Tugas : Keperawatan Medikal Bedah II
Oleh : Yusran Haskas, S, KM







OLEH
KELOMPOK 4:

SURIANI NOUR SRIYANAH
OESRIYATI WALID NINA MAULIANA. D
RUSMAWATI LATIF MERLIS MAGDALENA
SERLINA TIKU RAHMAWATI
DEWI RAHMA NURWAQIAH
IRMAWATI SUDIANTO
HARJUM HASMIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
KATA PENGANTAR


Assalamu Alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan segala rahmat dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia, hidayah, reski dan kesempatan yang diberikan Kepada kami sehingga tugas membuat makalah ini terselesaikan. Makalah yang berjudul ”ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIKS ” ini merupakan tugas dari Dosen mata kuliah”KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II”sebagai tugas kelompok yang di berikan oleh Bapak Yusran Haskas, S.KM. Makalah yang penulis buat ini tidak lepas dari bantuan yang sangat mempengaruhi tersusunnya makalah ini,maka dari itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada :
1. Bapak Yusran Haskas, S.KM. Atas segala bimbingan dan arahan serta memberikan wawasan yang lebih luas bagi kami tentunya dengan keberadaan tugas ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
2. Kepada warnet atas infonya…
3. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
TERIMAKASIH Penulis berharap semoga segala bantuan yang diberikan mendapat berkah dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehubungan dengan itu penulis tetap membuka diri untuk menerima masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna Penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amien

Makassar, 03 Oktober 2007

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II KONSEP MEDIK
A. Definisi
B. Insiden
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Anatomi Fisiologi
F. Klasifikasi. 6
G. Manifestasi..................................................................................... 7
H. Prognosis........................................................................................ 7
I. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Patofisiologi
C. Skema Penyimpangan KDM
D. Diagnosa
E. Intervensi
F. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Memang istilah "kanker" sendiri sudah pasti memberi kesan menakutkan dan menyeramkan. Laksana seorang terpidana menerima hukuman mati. . (Smlettzerr dan Bare, 2003).
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker. selama 40 tahun terakhir, kanker serviks invasive telah menurun dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Meskipun demikian, kondisi ini merupakan kanker reproduktif wanita ketiga yang paling umum, tidak termasuk kanke payudara. Kondisi ini paling sering trjadi pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi diusia dini yaitu 18 tahun. Aktivitas sexual berhubungan dengan amgka kejadian kanker serviks pada wanita di bawah usia 25 tahun. Aktivitas pasangan lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan dini, angka kejadian ini prevalen. Penelitian menunjukkan bahwa tipe kanker ini kemungkinan diturunkan secara sexual. (Cermin dunia kedokteran, html, 2008).
Kejadiannya hampir 27 persen di antara penyakit kanker di Indonesia . Namun demikian lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati. Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks (Sylivia A Price, 2003).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan dikaji adalah asuhakn keperawatan penyakit keganasan khususnya ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN KLIEN CARSINOMA SERVIKS.

A. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan konsep medik dari karsinoma serviks yaitu terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik dan prognosis.
2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan karsinoma serviks yang terdiri dari : pengkajian, patofisiologi penyimpangan KDM, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implimentasi, evaluasi, dan rasional.

















BAB II
KONSEP MEDIK
A. Definisi
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.
B. Insidens
Penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kanker ginekologi
500.000 kasus ditemukan setiap tahun
Insiden lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan di negara maju.
Pada negara maju : urutan ketiga setelah kanker payudara dan endometrium.
Di Indonesia : urutan teratas dari 10 jenis kanker ginekologi
50% ditemukan pada stadium lanjut
Usia rata-rata adalah 51,4 tahun
Dapat ditemukan lebih dini, bila Pap Smear teratur
Jenis kanker ganas pertama yang berhasil diobati
C. Etiologi
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Faktor entrinsik diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di Asia.
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
Sering berganti-ganti pasangan seksual.
Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
Melahirkan banyak anak.
Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
Defisiensi vitamin A,C,E.
Higiene genitalia
D. Patofisiologi
PERUBAHAN FISIOLOGIK EPITEL SERVIKS
Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar; kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar.
Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.
PERUBAHAN NEOPLASTIK EPITEL SERVIKS
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK atau daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan matu-rasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
E. Anatomi Fisiologi
Cerviks adalah bagian dari uterus, tetapi struktur dan fungsinya beda dengan corpus uteri. Cerviks membentuk sepertiga bagian bawah uterus. Cerviks masuk ke dalam vagina dengan sudut tegak lurus, dan kadang-kadang cerviksnya juga disebut sebagai colllum uteri. Pada orang dewasa panjang serviks 2,5 cm dan membentuk sepertiga panjang seluruh uterus.










F. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tantang karsinoma serviks adalah sbb:
Tahapan Lesi Lokasi Deskripsi
Tahap 0 Karsinoma in situ Kanker terbatas pada lapisan epitel; tidak terdapat bukti invasi.
Tahap 1 Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks Ukuran bukan merupakan kriteria
Tahap I A Mikroinvasif
Tahap I B Secara klinis jelas merupakan tahap l
Tahap II Kanker vagina Lesi telah menyebar keluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah) atau area paraservikal pada saluran salah satu sisi atau ke dua sisi.
Tahap II A Hanya perluasan vagina
Tahap II B Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina
Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor
Tahap III A Meluas sampai sepertiga bagian bawah vagina saja
Tahap III B Metastase karsinomatosa terisolasi yang dapat teraba pada dining pelvis
Tahap IV Perluasan kandung kemih



Perluasan rektal

Penyebaran jauh Bukti-bukti bahwa karsinoma mengenal kandung kemih tampak pada pemeriksaan sistoskopi atau oleh adanya fistulasi vesikovagina
Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya

*Dikutip dari the International Federation of Gynecology and Obstetrics









G. Manifestasi Klinis
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakuykan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atau timbul perdarahan lebih sering atau timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer,berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.
Nyeri panggul punggung dan tungkai.
Dari vagina keluar air kemih atau tinja, patah tulang.
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.
H. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak diobati atatu tidak memberikan respon terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu:
• Umur penderita
• Keadaan umum
• Stadium
• Gambaran histologik sel tumor
• Kemampuan ahli dalam pengobatan
• Sarana pengobatan yang ada
I. Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara pap smear atau juga dikenal sebagai tes Papanicolaou (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitif) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitodiagnosis didasarkan pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang dieksfoliasi atau dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan mikrobiopsi yang memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan sehat dan sakit. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi.

Biopsi . dilakukan di daerah abnormal jika SSK terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSK tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di dalam kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10 %.
Kolposkopi Cara pemeriksaan dengan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkopi adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, akan di ambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda.

Servikografi, terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu ke-rucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi harus selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat di-lakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan eksisi dilakukan di luar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar spesimen biopsi
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik
Pemeriksaan visual langsung. Pada daerah di mana fasilitas pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak ada, maka pemeriksaan visual langsung dapat digunakan untuk mendeteksi kanker secara dini.


















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan
2. INTEGRITAS EGO
Gejala : Faktor Stress akan perubahan peran
Tanda : Menyangkal
Menarik diri
Marah
3. MAKANAN / CAIRAN
Gejala :Kurang nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit
4. NYERI / KENYAMANAN
Gejala :Nyeri pada cervix yang bervariasi
Tanda :Respon autonomik, gelisah ,berhati – hati pada daerah yang sakit












B. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM

Mutagen atau Bahan-Bahan Kimia Infeksi HPV (Human Papiloma Virus)

Sel tumbuh tidak fisiologik
dan tidak terkendali

Menginvasi & merusak
jaringan normal

KANKER SERVIKS Tindakan pembedahan

Kurang terpajan Metaplasia Amputasi Ekstemitas
Informasi ttg proses
penyakit & program terapi






Merangsang reseptor nyeri

Ansietas
Persepsi nyeri di hipotalamus








C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup sebagai berikut:
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan genetalia dan status kesehatan umum.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan massa jaringan yang abnormal pada liang vagina (cervix)
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang adekuat, dan distress emosional.

D. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1 2
1. Kaji tingkat nyeri


2. Sadari depresi yang melemahkan

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.

4. Kaji kulit yang berada di daerah cervix.

5. Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker leher rahim yang diresepkan yang diketahui mempengaruhi seksualitas. 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri dan sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.
2. Dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan.
3. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
4. Untuk mengathui adanya efek kemerahan atau kulit samak (reaksi radiasi).
5 . Dapat dijadikan pedoman antisipasi masalah akan kebutuhan seksualitas.




E. Evaluasi
Melaporkan penghilangan nyeri yang maximal / tak terkontrol.
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
Penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nutrisi
Mengungkapkan pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada seksualitas dan tindakan untuk memperbaiki/menghadapi masalah










BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Faktor entrinsik diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan asuhan keperawatan masalah penyakit lainnya khususnya Kanker Serviks ini, Dosen bersangkutan dapat membimbing kami lebih baik dan mudah-mudahan makalah kelompok kami ini dapat berguna di bidang kesehatan khususnya keperawatan.


















DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Carsinoma Serviks
http//: www. Medicastore.com
Gunning Ham Garry, dkk, 2006, Obstetri Williams, vol 2, Edisi 21, Jakarta, EGC.
Mansjoer Arif M, dkk, Kapita selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga, Jakarta, Media Aesculapius.
Price A sylivia, Willson M Lorraine, 2005, Patofisiologi, vol 2, Edisi 6, Jakarta, EGC.
Verralls Sylivia , 2003, Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi 3, Jakarta, EGC.













F.

kanker prostat

kanker tulang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diseluruh dunia kanker adalah salah satu penyakit ganas yang paling sering menimbulkan kematian.karena penyakit ini bisa menyerang siapa saja sejak lahir, Sebetulnya, penyakit kanker dapat disembuhkan jika keberadaannya diketahui sejak dini. Namun, penyebab kanker tidak mudah diketahui secara dini karena sebagian penyakit kanker pada tahap awal jarang menimbulkan keluhan. Penderita umumnya belum dapat merasakan adanya kelainan karena tanda atau gejala klinis kanker pada penderita tidak spesifik.dan gejalanya tidak menyebabkan kerusakan atau penurunan fungsi alat gerak secara langsung namun dia bertahap sehingga sulit mendeteksi kanker ini sedini mungkin, sehingga pencegahan dan pengobatan penyakit ini sangat sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali normal,
Tak mudah mendeteksi kanker pada penderita karena gejalanya tidak spesifik.. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker mulai pada anak terus meningkat. Jumlahnya mencapai 2-4% dari seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus per sejuta anak per tahun. Sebuah laporan internasional menyatakan, 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
Di Indonesia, peningkatan terjadi karena kurangnya pemahaman tentang penyakit kanker. Buktinya, kebanyakan pasien datang ke rumah sakit setelah kankernya berstadium lanjut., penyebab kanker sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun demikian berdasarkan pengalaman dan penelitian, kanker pada penderita bisa diakibatkan interaksi berbagai faktor, gabungan faktor genetik atau pengaruh lingkungan.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui secara umum tentang penyakit kanker
• Untuk mengetahui jenis – jenis tumor tulang maligna
• Untuk dapat mengetahui secara dini gejala – gejala awal kanker tulang
• Untuk dapat membuat asuhan keperawatan terhadap penderita kanker tulang

C. Manfaat
Manfaat yang di peroleh dalam penulisan makalah ini meliputi:
1. Institusi:
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi dalam peningkatan pendidikan pada masa akan datang.
2. Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan serta mengaplikasikan Ilmu yang di peroleh selama proses kuliah.

































BAB II
KONSEP MEDIS
 Pengertian
Dalam Ilmu Penyakit (Patologi) kanker adalah neoplasma yang ganas. Neoplasma adalah perbanyakan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh yang abnormal, mungkin tidak terkendalikan oleh mekanisme fisiologis yang ada dalam tubuh kita.
Kanker dibedakan dengan TUMOR. Tumor adalah neoplasma yang jinak. Dalam batas-batas tertentu, tubuh masih mampu membatasi pertumbuhan dan perkembangan neoplasma itu, misalnya dengan membentuk kapsul atau dinding pembatas yang tegas antara tumor dan jaringan sehat di sekitarnya
Secara awam, pengertian tumor sama dengan benjolan abnormal yang terjadi pada atau dalam tubuh kita. Misalnya, benjolan akibat trauma kena pukul, terbentur sesuatu, pendarahan bawah kulit dan sebagainya.
Terdapat 2 macam kanker tulang:
1. kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder :
Kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan berasal dari tulang.
contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. kanker tulang primer :
Merupakan kanker yang berasal dari tulang.
yang termasuk ke dalam kanker tulang primer adalah:
- Mieloma Multipel
- Osteosarkoma
- Fibrosarkoma
- Kondrosarkoma
- Tumor ewing ( Sarkoma Ewing)
- Kordoma
• Mieloma Multipel
mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering ditemukan, yang berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah.
umumnya terjadi pada orang dewasa.
tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat atau lebih.
pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan.
• Osteosarkoma
Osteogenik sarkoma (osteosarkoma) merupakan tumor yang pembentukannya berasal dari seri osteoblasttik dari sel-sel mesenkim primitif. Selain multipel mieloma, osteosarkoma adalah tumor ganas primer dengan frekuensi 20 % dari semua keganasan primer tulang. Ada berbagai macam bentuk osteosarkoma yaitu 1) osteosarkoma klasik, 2). periosteal osteosarkoma, 3). parosteal osteosarkoma 4) oteosarkoma sekunder, degenerasi maligna dari penyakit Paget, fibrous displasia, atau radiasi dan 5). Telangiektasis osteosarkoma.1,2,3,4,
osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
• Fibrosarkoma
kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang, yaitu ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang.
kanker ini biasanya ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan.
tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang.
• Kondrosarkoma
kondrosarkoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang ganas.
kebanyakan kondrosarkoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah, yang sering dapat disembuhkan dengan pembedahan. tetapi, beberapa diantaranya adalah tumor derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar.
untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
• Tumor ewing ( Sarkoma ewing )
tumor ewing (sarkoma ewing) muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat cepat. jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10 tahun dan hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak afro-amerika.
tumor bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, paling sering di tulang panjang anggota gerak, panggul atau dada.
tumor juga bisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.
• Kordoma
Kordoma merupakan tumor ganas yang berasal dari sisa notokordal, sering ditemukan pada usia dewasa muda dan berkembang secara progresif pada daerah sacrum dan koksigis ( 50%). Kordoma juga dapat ditemukan pada Tulang belakang dan akan memberikan nyeri pada pinggang bawah. Apabila terjadi pada sacrum, kordoma dapat menimbulkan obstruksi uretra / rectum dan pada tingkat lanjut dapat timbul gejala – gejala neurologis.
 ETIOLOGI
Penyebab kanker belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan pengamatan dan penelitian, Penyebab kanker sangat bermacam-macam, sebagian besar sulit atau tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kelompok penyebab kanker yang dikenal, yaitu
1.Virus onkogenik
2. Energi radiasi
3. Karsinogen
4. lingkungan
5. Genetic


 Anatomi Fisiologi
Gambaran patologis anatomik meliputi gambaran makroskopik yaitu berupa benjolan abnormal pada permukaan atau di dalam tubuh yang tidak jelas batas-batasnya, tidak terbungkus dalam kapsul. Diagnostik pasti mungkin diperoleh setelah dilakukan biopsi dan kemudian diproses dan diperiksa secara mikroanatomik. Misalnya, dibawah mikroskop terlihat ada sel-sel kanker tampak tidak khas bentuknya, terkesan kehilangan kemampuan dalam berdiferensiasi dan tidak menentu arah perluasannya. Selain itu, kanker sering mengalami metastasis yaitu meluas ke bagian tubuh lain lewat peredaran darah. Diagnosis kanker dapat lebih cepat dilakukan dengan bantuan pemeriksaan cairan tubuh, darah dan sebagainya untuk jenis-jenis kanker tertentu.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon osteolitik ( destruksi tulang ) atau respons osteoblastik ( Pembentukan tulang ).
Tumor tulang dapat menyebabkan kista tulang yang merupakan lesi yang infasif dalam tulang . ditandai dengan terabanya massa yang nyeri pada tulang panjang, vertebra dan tulang pipih.ini terjadi pada kista tulang aneurisma lain halnya dengan kista tulang unikamera yang terjadi pada anak – anak dapat menyebabkan Fraktur patologis pada humerus dan femur atas.
Pada sarcoma osteogenik massa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tak bisa digerakkan , dengan peningkatan suhu kulit diatas massa dan ketegangan Vena.
Lesi primer dapat mengenai semua tulang namun tempat yang paling sering adalah distal femur, proksimal tibia,dan proksimal humerus.
 Klasifikasi
Kanker diklasifikasikan dan diberi nama menurut acuan Internasional. Misalnya dengan sebutan ‘Karsinoma’ untuk kanker pada sel-sel kelenjar kulit dan sebagainya, contoh : Carcinoma mammae untuk kanker payudara. Untuk sel-sel jaringan kanker diberi sebutan ‘Sarcoma’, contoh : jaringan tulang dan jaringan linfatik, masing-masing dinamakan osteosarkoma dan limfosarkoma. Ada juga nama khusus misalnya Leukimia untuk kanker darah.
Kalsifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan criteria histologis , jenisdiferensiasi sel – sel tumor yang diperlihatkan dan jenis intraseluler matriks yang diproduksi. Dalam hal ini diperhatikan sifat – sifat tumor, asal usul sel serta pemeriksaan histologis menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
Beberapa hal yang penting diperhatikan sehubungan dengan klasifikasi : yaitu :
1. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal
2. tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus
3. sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsure – unsur jaringanya. Misalnya osteoma dan osteosarkoma.
Klasifikasi tumor tulang menurut WHO
ASAL SEL JINAK GANAS
Osteogenik
Osteoblastoma Osteoma
Osteoid osteoma Osteosarkoma
Parosteal Osteosarkoma
Kondrogenik
Fibroma Kondromiksoid Kondroma
Osteokondroma
Kondroblastoma Kondrosarkoma
Juksta Kortikal Kondrosarkoma
Mesenkim Kondrosarkoma
Giant sel tumor Osteoklastoma
Mielogenik Sarkoma Ewing
Sarkoma Retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
Vaskuler Hemangioma
Limfangioma
Angiosarkoma

Jaringan Lunak Fibroma Desmoplastik
Lipoma Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarcoma tak berdiferensiasi
Tumor lain Neurima
Neurofibroma Kordoma
Adamantinoma


 Manifestasi klinik
keluhan dan gejala-gejala, serta gambaran anatomiknya yang tentu beragam berdasarkan jenis dan lokasi kanker.; berat-ringan dan komplikasi penyakit.
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan tumor tulang yang sangat bervariasi . dapat tanpa gejala atau dapat pula nyeri ringan dan kadang – kadang sampai konstan dan berat, kecacatan yang bervariasi dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik.
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang cepat atau lambat. Deficit neurologik misalnya nyeri progresif, kelemahan, parestesia, adapun gambaran klinis dari jenis – jenis kanker tulang yaitu :
Mieloma Multipel gambaran klinis : tumor ganas tulang yang sering ditemukan yaitu 17 % dari seluruh tumor ganas organ tubuh serta menempati peringkat ketiga dari tumor ganas tulang. Ditemukan terutama pada umur 40 – 70 tahun,
Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang menetap, sakit pinggang yang kadang disertai nyeri redikuler serta kelemahan anggota gerak. Gejala – gejala umum Berupa anemia, kaheksia, anoreksia, muntah – muntah, gangguan fsikis dan gangguan kesadaran juga dapat ditemukan.
Osteosarkoma gambaran klinisnya biasanya penderita antara umur 10 - 25 tahun datang dengan tumor yang besar atau oleh karena terdapat fraktur patologis, gejala umum lain yang dapat ditemukan yaitu anemia, nyeri, pembengkakan, keterbatasan gerak dan penurunan berat badan serta nafsu makan yang berkurang.
Kondrosarkoma gambaran klinis : frekuensi kondrosarkoma sebesar 10 % dari seluruh tumor ganas tulang, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dan terutama ditemukan pada umur 30 – 45 tahun.perkembangan kondrosarkoma sangat lambat. Gejalanya biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor perlahan – lahan.
Sarkoma ewing gambaran klinis : frekuensi sarcoma ewing sebanyak 5 % dari seluruh tumor ganas tulang, terutama ditemukan pada umur 10 – 20 tahun dan lebih sering pada laki – laki daripada wanita.
Gejala terutama berupa nyeri dan pembengkakan pada daerah tumor dan terdapat gejala umum lainnya seperti kaheksia, nyeri tekan pada tumor dan peningian laju endap darah.
Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna gambaran Klinis : frekuensi fibrosarkoma bervariasi antara 5 – 7 % dari seluruh tumor ganas tulang biasanya ditemukan pada umur 20 – 60 tahun. Penderita umumnya datang dengan gejala pembengkakan atau fraktur Fisiologis.
Kordoma ( 2 % dari semua tumor tulang maligna ) terciri oleh sel tumor yang menyerupai sel korda dorsalis embrional. Tumor ini terdapat dalam hubungan dengan kolumna vertebralis, sacrum atau basios tengkorak.
 Komplikasi
Komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh kanker tulang yaitu Anemia, Osteoporosis, kanker payudara, karsinoma ginjal, kanker prostat, kanker paru – paru, kanker ovarium, dan.kanker kranium, kanker vertebra, pelvis, kanker femur dan humerus. Leukemia ( kanker darah )
 Prognosis
Prognosis pada semua tumor tulang maligna adalah infaust, tetapi perjalanan tipe – tipe tertentu adalah cepat dan pada yang lain tidak, pada tipe – tipe yang tumbuh cepat seperti osteosarkoma,dan ewing sarkoma,secara dini terjadi penyebaran sel tumor hematogen, sebaliknya bentuk – bentuk diferensiasi baik kondrosarkoma dan fibrosarkoma tumbuh lambat dan bermetastasis lambat, sehingga biasanya pada waktu penaganan pertama masih mungkin pengangkatan tumor secara total dengan sukses yang menetap. Tetapi jika kemungkinan ini lepas karena pengangkatan yang tidak sempurna sebagai akibat penilaian yang kurang mengenai ukuran tumor atau karena penyebaran jaringan tumor dalam daerah operasi, maka disini Prognosis Buruk. Lokalisasi adalah penting untuk Prognosis, terutama tumor yang sudah diangkat radikal yang mempunyai prognosis baik sampai sangat baik ( seperti kondrosarkoma ).



 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Neurologis penting untuk mengetahui apakah gangguan ditimbulkan oleh karena penekanan tumor pada saraf tertentu.
 Pemeriksaan Radiologis merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis tumor tulang. Pemeriksaan radiologist ini terdiri atas:
 Radionuklida Scanning biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil saperti osteoma
 CT_Scan Pemeriksaan CT-Scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor apakah intraoseus atau ekstraoseus.
 MRI dapat memberikan informasi apakah tumor berada dalam tulang, apakah tumor berekspansi kedalam sendi atau kejaringan lunak.
 Pemerikasaan Laboratorium merupakan pemerikasaan tambahan / penunjang dalam membantu menegakkan diagnosis tumor.meliputi :
 Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, hemoglobin, serum fosfatase alkali, serum elektroforesis protein, serum fosfatase asam yamg memberikan nilai diagnostic pada tumor ganas tulang.
 Pemeriksaan urin penting untuk mengetahui adanya protein Bence – Jones.
 Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan Biopsi untuk memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis serta staging Tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologist yang dipergunakan pada staging.
 Pemeriksaan Mikroskop electron penting untuk diagnostic yang kecil dan biasanya untuk memberikan dukungan bila diagnosis secara histologis meragukan. Misalnya pada sel mieloma plasma dimana dibutuhkan identifikasi sel yang tepat.



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala. Selama wawancara , perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit, bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi secara lembut : ukuran nyeri tekan dicatat, pengkajian dan rentang gerak ekstremitas merupakan data dasar sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari dievaluasi.
Data pengkajian Pasien
• Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise, merasa lelah, letih
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur, ; Malaise ( kelemahan dan keletihan )
Dan gangguan alat gerak.

• Sirkulasi
Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan
Adanya nyeri pada dada karena sumbatan pada Vena
Tanda : Peningkatan tekanan darah.
• Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena factor stress ( adanya
Gangguan pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran ) ,
Selain itu biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya,
Tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda : Menyangkal, Marah, Kasar,. Dan suka menyendiri.
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat
Berkemih. Dan poliurin
Perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah
Yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada
Peristaltik usus, serta adanya distensi abdomen
• Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, ( misalnya rendah
Tinggi lemak, adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia,
Mual / muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan
Perubahan pada turgor kulit.
• Hiegene
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain ,
Karena gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak
Dapat dilakuakan, malas mandi
Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
• Neurosensori
Gejala : Pusing,
Tanda : Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
• Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
Mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
Keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
• Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau
Pemajanan asbes.
• Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
Pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.
• Seksualitas
Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas
Karena adanya keterbatasan gerak.
• Interaksi social
Gejala : Menarik diri dari lingkungan social,
Karena adanya perubahan posisi dalam kedudukan Ketidakadekuatan system pendukung.
• Pembelajaran / Healt education
Gejala : memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai
Gejala – gejala, riwayat penyakit kanker keluarga, dan
Memberi pengertian kepada keluarga tentang upaya pengobatan
B. DIAGNOSA
• Kurang Pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik
a. Memberikan pendidikan pasien dan keluarganya mengenai proses dan diagnosis penanganan dan hasil yang mungkin dicapai.
b. Membantu pasien menyesuaikan diri dengan prosedur dan perubahan yang terjadi
c. Kepatuhan dan kerjasama terhadap program terapi harus didorong melalui pemahaman.
Tujuan :
a. Keluarga dan pasien dapat memahami tentang prosedur dan diagnosis, serta hasil yang akan dicapai
b. Keluarga dan pasien dapat bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur dan pelakasanaan terapi.
PERENCANAAN
 Intervensi
o Kaji pemahaman keluarga dan pasien mengenai proses penyakit, dan program terapi dan hasil yang akan terjadi
o Pertahankan lingkungan yang tenang dan menyenangkan
o Tatap wajah ketika berbicara dengan pasien
o Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara perlahan pada pasien
 Rasional
o Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang bagaimana proses serta terapi yang akan dijalani pasien serta memberikan informasi hasil yang akan dicapai.
o Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan factor penyebab stress pasien.
o Menimbulkan perhatian, terutama pada orang – orang dengan gangguan perceptual
o Meningkatkan kemungkinan pemahaman
Diagnosis
• Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
a. Pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologi ,
b. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
Tujuan :
a. Perawat bekerja sama dengan pasien dalam merancang program manajemen nyeri yang paling efektif.
b. Pemberian analgetika opioid dan analgetika non- opioid digunakan selama periode pasca operasi awal untuk mengurangi nyeri.
 Intervensi
o Mengontrol nyeri dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dengan menggunakan teknik penatalaksanaan nyeri psikologik dan farmakologik.
o Perawat mempersiapkan pasien dan memberikan dukungan selama prosedur menyakitkan.
o Pemberian antiobiotika untuk penanganan nyeri pasca bedah.
 Rasional
o Perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk mengurangi rasa nyeri pasca operasi dengan menggunakan teknik seefektif mungkin.
o Memberikan dan mengontrol penggunaan antiobiotika baik yang opioid maupun non oipioid untuk penaganan nyeri pasca – bedah.
Diagnosis
• Risiko terhadap cedera: fraktur patologik yang berhubungan dengan tumor
Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ketitik dimana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur


Tujuan
a. memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang factor – factor yang mempengaruhi fraktur patologik
b. memberi pemahaman kepada keluarga tentang cara mengani nyeri yang ditimbulkan oleh fraktur
 Intervensi
a. menagani fraktur tulang dengan memberi sanggahan atau bidai agar nyeri akibat fraktur dapat kurangi
b. Pembatasan beban berat badan pada daerah fraktur
c. Memberikan penyangga berupa bidai atau gips sesuai dengan jenis fraktur
 Rasional
a. Fraktur tulang dapat ditangani dengan memberi sanggahan, dan nyeri dapat diminimalisir.
b. Daerah fraktur akan aman dari beban berat badan
c. Fraktur dapat tertutup jika fraktur terbuka dengan pemBerian gips.
Diagnosis
• Koping tidak efektif yang berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan system pendukung yang tidak adekuat.
a. Kaji tentang kekhawatiran keluarga dan pasien tentang rasa takut, keprihatinan, dan perasaan mereka.
b. Kaji tentang koping keluarga dan pasien tentang hasil yang dicapai pasca – operasi atau bedah.
Tujuan
Keluarga dan pasien mendapat dukungan dan perasaan menerima apapun hasil dari terapi yang dilakukan terhadap penyakit kanker tersebut.
 Intervensi
a. Memberikan dukungan dan perasaan diterima kembali dilingkungan agar mengurangi rasa putus asa, dan penolakan terhadap kenyataan.
b. Mengindikasikan pemberihan arahan kepada keluarga dan pasien dari psikiatri, ahli psikologi dan rohaniawan agar memperkuat koping pasien.
 Rasional
Pasien mau mengikuti semua prosedur dan terapi pengobatan serta siap menerima kenyataan setelah pengobatan dilakukan baik itu pasca – bedah maupun pasca operasi.
Diagnosis
• Gangguan harga diri yang berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
a. hilangnya bagian tubuh akan mempengaruhi harga diri pasien dan kinerja dalam keluarga tidak efektif lagi
b. keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri ,pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
Tujuan
Dapat memberi pemahaman kepada pasien bahwa posisi nya masih dibutuhkan dan penurunan harga diri tidak akan terjadi pada penderita pasca operasi.
 Intervensi
a. Keluarga harus didukung untuk menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan
b. Perubahan citra diri dari akibat pembedahan dan kemungkinan amputasi harus diketahui
c. Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas yang berhubungan dengan peran harus disampaikan.
d. Mendorong perawatan diri dan sosialisasi pasien
 Rasional
a. keluarga dan perawat bekerja sama untuk mendukung segala prosedur yang harus dilakukan untuk pasien agar tidak mengalami penurunan harga diri.
b. Keluarga dan pasien dapat menerima tentang perubahan kinerja aktivitas pasien pasca pengobatan
c. Pasien dapat melakukan perawatan diri dan bersosialisasi atau tidak menarik diri dari lingkungan.


 Penyimpangan KDM
Terdapat beberapa penyimpangan KDM yang sangat mencolok pada manifestasi penyakit kanker tulang yaitu dilihat dari jenis kanker dan lokalisasi dari kanker tesebut adapun penyimpangan khususnya dalam Bidang KDM ( Kebutuhan Dasar Manusia ) yaitu antara lain.:.
Jenis Kanker Tulang Gejala – gejala Penyimpangan KDM
Mieloma Multipel  Nyeri tulang
 Nyeri pinggang bawah
 Vertebra kolaps
 Anemia
 Cepat lelah
 Mudah terjadi fraktur  Gangguan pola istirahat / tidur
 Gangguan aktivitas
 Gangguan keselamatan dan keamanan
 Gangguan personal hygiene
Osteosarkoma  Anemia
 Nyeri
 Pembengkakan
 Keterbatasan gerak
 Nafsu makan berkurang
 Penurunan berat badan  Gangguan sirkulasi
 Gangguan pola istirahat
 Harga diri turun
 Menarik diri
 Gangguan pola makan
 Gangguan nutrisi
Sarcoma ewing  Nyeri, terdapat benjolan
 Demam
 leukositosis  Gangguan istirahat dan tidur
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Gangguan harga diri
Kondrosarkoma  Massa tanpa nyeri
 Deformitas femur,
 Deformitas pelvis, tulang iga dan gelang bahu.  Menarik diri dari masyarakat
 Gangguan mental berhubungan dengan stress
 Gangguan aktualisasi diri.
Fibrosarkoma  Pembengkakan
 Nyeri pada tulang
 Fraktur Fisiologis  Gangguan pola istirahat
 Gangguan harga diri
Kordoma  Nyeri
 Obstruksi uretra / rectum
 Gejala – gejala neurologist  Gangguan istirahat
 Gangguan eleminasi/bowel
 Gangguan kognitif.






















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker tulang ada dua macam yaitu
1. kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder : kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan berasal dari tulang.
contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. kanker tulang primer : merupakan kanker yang berasal dari tulang.
yang termasuk ke dalam kanker tulang primer adalah:
- mieloma multipel
- osteosarkoma
- fibrosarkoma & histiositoma fibrosa maligna
- kondrosarkoma
- tumor ewing
- Kordoma
3. Memahami lebih jauh tentang asuhan keperawatan kepada klien gangguan muskuluskuletal melalui proses keperawatan dimulai dari pengakajian sampai pada intervensi.
B . Saran
Kami bangga dengan cara ibu memberika tugas semacam ini sehingga kami termotivasi untuk selalu membaca beberapa literature yang selama ini kami belum sempat sentuh dan karena tugas ibu kami sedikit tahu tentang bagaimana penyakit – penyakit yang berkaitan dengan system muskuluskeletal,oleh karena itu kami dari kelompok VI berterima kasih kepada ibu atas ketersediaannya membimbing kami semoga ibu semakin sukses amin……,


DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth,2001, Keperawatan Medikal- Bedah, Vol 3 Edisi 8, Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, Fatofisiologi,Edisi 4, Jakarta : EGC
Van De Velde, Bosman, Wagener, 1996, Onkologi, Edisi V,RSUP DR Sardjito: Yogyakarta.
www:/http@ Medicastore.Com
www:/ http Google . co.id
































SUBHAN ALFIAN
SUHARNI
SYARIFAH LISNA
RAMLAHWATI
ASMAR
SYARIFAH FAHMIA


AKADEMI KEPERAWATAN YAPENAS 21 MAROS
2009

kanker tulang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diseluruh dunia kanker adalah salah satu penyakit ganas yang paling sering menimbulkan kematian.karena penyakit ini bisa menyerang siapa saja sejak lahir, Sebetulnya, penyakit kanker dapat disembuhkan jika keberadaannya diketahui sejak dini. Namun, penyebab kanker tidak mudah diketahui secara dini karena sebagian penyakit kanker pada tahap awal jarang menimbulkan keluhan. Penderita umumnya belum dapat merasakan adanya kelainan karena tanda atau gejala klinis kanker pada penderita tidak spesifik.dan gejalanya tidak menyebabkan kerusakan atau penurunan fungsi alat gerak secara langsung namun dia bertahap sehingga sulit mendeteksi kanker ini sedini mungkin, sehingga pencegahan dan pengobatan penyakit ini sangat sulit dilakukan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali normal,
Tak mudah mendeteksi kanker pada penderita karena gejalanya tidak spesifik.. Tahun demi tahun, angka kejadian kanker mulai pada anak terus meningkat. Jumlahnya mencapai 2-4% dari seluruh kejadian penyakit kanker pada manusia. Sedangkan angka kejadiannya mencapai 110 hingga 130 kasus per sejuta anak per tahun. Sebuah laporan internasional menyatakan, 10% kematian pada anak disebabkan penyakit kanker.
Di Indonesia, peningkatan terjadi karena kurangnya pemahaman tentang penyakit kanker. Buktinya, kebanyakan pasien datang ke rumah sakit setelah kankernya berstadium lanjut., penyebab kanker sampai saat ini belum diketahui pasti. Namun demikian berdasarkan pengalaman dan penelitian, kanker pada penderita bisa diakibatkan interaksi berbagai faktor, gabungan faktor genetik atau pengaruh lingkungan.
B. Tujuan
• Untuk mengetahui secara umum tentang penyakit kanker
• Untuk mengetahui jenis – jenis tumor tulang maligna
• Untuk dapat mengetahui secara dini gejala – gejala awal kanker tulang
• Untuk dapat membuat asuhan keperawatan terhadap penderita kanker tulang

C. Manfaat
Manfaat yang di peroleh dalam penulisan makalah ini meliputi:
1. Institusi:
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi dalam peningkatan pendidikan pada masa akan datang.
2. Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan serta mengaplikasikan Ilmu yang di peroleh selama proses kuliah.

































BAB II
KONSEP MEDIS
 Pengertian
Dalam Ilmu Penyakit (Patologi) kanker adalah neoplasma yang ganas. Neoplasma adalah perbanyakan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh yang abnormal, mungkin tidak terkendalikan oleh mekanisme fisiologis yang ada dalam tubuh kita.
Kanker dibedakan dengan TUMOR. Tumor adalah neoplasma yang jinak. Dalam batas-batas tertentu, tubuh masih mampu membatasi pertumbuhan dan perkembangan neoplasma itu, misalnya dengan membentuk kapsul atau dinding pembatas yang tegas antara tumor dan jaringan sehat di sekitarnya
Secara awam, pengertian tumor sama dengan benjolan abnormal yang terjadi pada atau dalam tubuh kita. Misalnya, benjolan akibat trauma kena pukul, terbentur sesuatu, pendarahan bawah kulit dan sebagainya.
Terdapat 2 macam kanker tulang:
1. kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder :
Kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan berasal dari tulang.
contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. kanker tulang primer :
Merupakan kanker yang berasal dari tulang.
yang termasuk ke dalam kanker tulang primer adalah:
- Mieloma Multipel
- Osteosarkoma
- Fibrosarkoma
- Kondrosarkoma
- Tumor ewing ( Sarkoma Ewing)
- Kordoma
• Mieloma Multipel
mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering ditemukan, yang berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah.
umumnya terjadi pada orang dewasa.
tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat atau lebih.
pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi penyinaran dan pembedahan.
• Osteosarkoma
Osteogenik sarkoma (osteosarkoma) merupakan tumor yang pembentukannya berasal dari seri osteoblasttik dari sel-sel mesenkim primitif. Selain multipel mieloma, osteosarkoma adalah tumor ganas primer dengan frekuensi 20 % dari semua keganasan primer tulang. Ada berbagai macam bentuk osteosarkoma yaitu 1) osteosarkoma klasik, 2). periosteal osteosarkoma, 3). parosteal osteosarkoma 4) oteosarkoma sekunder, degenerasi maligna dari penyakit Paget, fibrous displasia, atau radiasi dan 5). Telangiektasis osteosarkoma.1,2,3,4,
osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.
angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
• Fibrosarkoma
kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang, yaitu ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang.
kanker ini biasanya ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan.
tulang yang paling sering terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang.
• Kondrosarkoma
kondrosarkoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang ganas.
kebanyakan kondrosarkoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah, yang sering dapat disembuhkan dengan pembedahan. tetapi, beberapa diantaranya adalah tumor derajat tinggi yang cenderung untuk menyebar.
untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
• Tumor ewing ( Sarkoma ewing )
tumor ewing (sarkoma ewing) muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat cepat. jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10 tahun dan hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak afro-amerika.
tumor bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, paling sering di tulang panjang anggota gerak, panggul atau dada.
tumor juga bisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.
• Kordoma
Kordoma merupakan tumor ganas yang berasal dari sisa notokordal, sering ditemukan pada usia dewasa muda dan berkembang secara progresif pada daerah sacrum dan koksigis ( 50%). Kordoma juga dapat ditemukan pada Tulang belakang dan akan memberikan nyeri pada pinggang bawah. Apabila terjadi pada sacrum, kordoma dapat menimbulkan obstruksi uretra / rectum dan pada tingkat lanjut dapat timbul gejala – gejala neurologis.
 ETIOLOGI
Penyebab kanker belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan pengamatan dan penelitian, Penyebab kanker sangat bermacam-macam, sebagian besar sulit atau tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kelompok penyebab kanker yang dikenal, yaitu
1.Virus onkogenik
2. Energi radiasi
3. Karsinogen
4. lingkungan
5. Genetic


 Anatomi Fisiologi
Gambaran patologis anatomik meliputi gambaran makroskopik yaitu berupa benjolan abnormal pada permukaan atau di dalam tubuh yang tidak jelas batas-batasnya, tidak terbungkus dalam kapsul. Diagnostik pasti mungkin diperoleh setelah dilakukan biopsi dan kemudian diproses dan diperiksa secara mikroanatomik. Misalnya, dibawah mikroskop terlihat ada sel-sel kanker tampak tidak khas bentuknya, terkesan kehilangan kemampuan dalam berdiferensiasi dan tidak menentu arah perluasannya. Selain itu, kanker sering mengalami metastasis yaitu meluas ke bagian tubuh lain lewat peredaran darah. Diagnosis kanker dapat lebih cepat dilakukan dengan bantuan pemeriksaan cairan tubuh, darah dan sebagainya untuk jenis-jenis kanker tertentu.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon osteolitik ( destruksi tulang ) atau respons osteoblastik ( Pembentukan tulang ).
Tumor tulang dapat menyebabkan kista tulang yang merupakan lesi yang infasif dalam tulang . ditandai dengan terabanya massa yang nyeri pada tulang panjang, vertebra dan tulang pipih.ini terjadi pada kista tulang aneurisma lain halnya dengan kista tulang unikamera yang terjadi pada anak – anak dapat menyebabkan Fraktur patologis pada humerus dan femur atas.
Pada sarcoma osteogenik massa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tak bisa digerakkan , dengan peningkatan suhu kulit diatas massa dan ketegangan Vena.
Lesi primer dapat mengenai semua tulang namun tempat yang paling sering adalah distal femur, proksimal tibia,dan proksimal humerus.
 Klasifikasi
Kanker diklasifikasikan dan diberi nama menurut acuan Internasional. Misalnya dengan sebutan ‘Karsinoma’ untuk kanker pada sel-sel kelenjar kulit dan sebagainya, contoh : Carcinoma mammae untuk kanker payudara. Untuk sel-sel jaringan kanker diberi sebutan ‘Sarcoma’, contoh : jaringan tulang dan jaringan linfatik, masing-masing dinamakan osteosarkoma dan limfosarkoma. Ada juga nama khusus misalnya Leukimia untuk kanker darah.
Kalsifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan criteria histologis , jenisdiferensiasi sel – sel tumor yang diperlihatkan dan jenis intraseluler matriks yang diproduksi. Dalam hal ini diperhatikan sifat – sifat tumor, asal usul sel serta pemeriksaan histologis menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
Beberapa hal yang penting diperhatikan sehubungan dengan klasifikasi : yaitu :
1. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal
2. tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus
3. sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsure – unsur jaringanya. Misalnya osteoma dan osteosarkoma.
Klasifikasi tumor tulang menurut WHO
ASAL SEL JINAK GANAS
Osteogenik
Osteoblastoma Osteoma
Osteoid osteoma Osteosarkoma
Parosteal Osteosarkoma
Kondrogenik
Fibroma Kondromiksoid Kondroma
Osteokondroma
Kondroblastoma Kondrosarkoma
Juksta Kortikal Kondrosarkoma
Mesenkim Kondrosarkoma
Giant sel tumor Osteoklastoma
Mielogenik Sarkoma Ewing
Sarkoma Retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
Vaskuler Hemangioma
Limfangioma
Angiosarkoma

Jaringan Lunak Fibroma Desmoplastik
Lipoma Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarcoma tak berdiferensiasi
Tumor lain Neurima
Neurofibroma Kordoma
Adamantinoma


 Manifestasi klinik
keluhan dan gejala-gejala, serta gambaran anatomiknya yang tentu beragam berdasarkan jenis dan lokasi kanker.; berat-ringan dan komplikasi penyakit.
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan tumor tulang yang sangat bervariasi . dapat tanpa gejala atau dapat pula nyeri ringan dan kadang – kadang sampai konstan dan berat, kecacatan yang bervariasi dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malaise, dan demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik.
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang cepat atau lambat. Deficit neurologik misalnya nyeri progresif, kelemahan, parestesia, adapun gambaran klinis dari jenis – jenis kanker tulang yaitu :
Mieloma Multipel gambaran klinis : tumor ganas tulang yang sering ditemukan yaitu 17 % dari seluruh tumor ganas organ tubuh serta menempati peringkat ketiga dari tumor ganas tulang. Ditemukan terutama pada umur 40 – 70 tahun,
Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang menetap, sakit pinggang yang kadang disertai nyeri redikuler serta kelemahan anggota gerak. Gejala – gejala umum Berupa anemia, kaheksia, anoreksia, muntah – muntah, gangguan fsikis dan gangguan kesadaran juga dapat ditemukan.
Osteosarkoma gambaran klinisnya biasanya penderita antara umur 10 - 25 tahun datang dengan tumor yang besar atau oleh karena terdapat fraktur patologis, gejala umum lain yang dapat ditemukan yaitu anemia, nyeri, pembengkakan, keterbatasan gerak dan penurunan berat badan serta nafsu makan yang berkurang.
Kondrosarkoma gambaran klinis : frekuensi kondrosarkoma sebesar 10 % dari seluruh tumor ganas tulang, lebih sering pada laki – laki daripada wanita dan terutama ditemukan pada umur 30 – 45 tahun.perkembangan kondrosarkoma sangat lambat. Gejalanya biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor perlahan – lahan.
Sarkoma ewing gambaran klinis : frekuensi sarcoma ewing sebanyak 5 % dari seluruh tumor ganas tulang, terutama ditemukan pada umur 10 – 20 tahun dan lebih sering pada laki – laki daripada wanita.
Gejala terutama berupa nyeri dan pembengkakan pada daerah tumor dan terdapat gejala umum lainnya seperti kaheksia, nyeri tekan pada tumor dan peningian laju endap darah.
Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna gambaran Klinis : frekuensi fibrosarkoma bervariasi antara 5 – 7 % dari seluruh tumor ganas tulang biasanya ditemukan pada umur 20 – 60 tahun. Penderita umumnya datang dengan gejala pembengkakan atau fraktur Fisiologis.
Kordoma ( 2 % dari semua tumor tulang maligna ) terciri oleh sel tumor yang menyerupai sel korda dorsalis embrional. Tumor ini terdapat dalam hubungan dengan kolumna vertebralis, sacrum atau basios tengkorak.
 Komplikasi
Komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh kanker tulang yaitu Anemia, Osteoporosis, kanker payudara, karsinoma ginjal, kanker prostat, kanker paru – paru, kanker ovarium, dan.kanker kranium, kanker vertebra, pelvis, kanker femur dan humerus. Leukemia ( kanker darah )
 Prognosis
Prognosis pada semua tumor tulang maligna adalah infaust, tetapi perjalanan tipe – tipe tertentu adalah cepat dan pada yang lain tidak, pada tipe – tipe yang tumbuh cepat seperti osteosarkoma,dan ewing sarkoma,secara dini terjadi penyebaran sel tumor hematogen, sebaliknya bentuk – bentuk diferensiasi baik kondrosarkoma dan fibrosarkoma tumbuh lambat dan bermetastasis lambat, sehingga biasanya pada waktu penaganan pertama masih mungkin pengangkatan tumor secara total dengan sukses yang menetap. Tetapi jika kemungkinan ini lepas karena pengangkatan yang tidak sempurna sebagai akibat penilaian yang kurang mengenai ukuran tumor atau karena penyebaran jaringan tumor dalam daerah operasi, maka disini Prognosis Buruk. Lokalisasi adalah penting untuk Prognosis, terutama tumor yang sudah diangkat radikal yang mempunyai prognosis baik sampai sangat baik ( seperti kondrosarkoma ).



 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Neurologis penting untuk mengetahui apakah gangguan ditimbulkan oleh karena penekanan tumor pada saraf tertentu.
 Pemeriksaan Radiologis merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis tumor tulang. Pemeriksaan radiologist ini terdiri atas:
 Radionuklida Scanning biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil saperti osteoma
 CT_Scan Pemeriksaan CT-Scan dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumor apakah intraoseus atau ekstraoseus.
 MRI dapat memberikan informasi apakah tumor berada dalam tulang, apakah tumor berekspansi kedalam sendi atau kejaringan lunak.
 Pemerikasaan Laboratorium merupakan pemerikasaan tambahan / penunjang dalam membantu menegakkan diagnosis tumor.meliputi :
 Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah, hemoglobin, serum fosfatase alkali, serum elektroforesis protein, serum fosfatase asam yamg memberikan nilai diagnostic pada tumor ganas tulang.
 Pemeriksaan urin penting untuk mengetahui adanya protein Bence – Jones.
 Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan Biopsi untuk memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologis, untuk membantu menetapkan diagnosis serta staging Tumor. Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologist yang dipergunakan pada staging.
 Pemeriksaan Mikroskop electron penting untuk diagnostic yang kecil dan biasanya untuk memberikan dukungan bila diagnosis secara histologis meragukan. Misalnya pada sel mieloma plasma dimana dibutuhkan identifikasi sel yang tepat.



BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pasien didorong untuk mendiskusikan awitan dan perjalanan gejala. Selama wawancara , perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit, bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah, dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi secara lembut : ukuran nyeri tekan dicatat, pengkajian dan rentang gerak ekstremitas merupakan data dasar sebagai pembanding kelak. Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari dievaluasi.
Data pengkajian Pasien
• Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise, merasa lelah, letih
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur, ; Malaise ( kelemahan dan keletihan )
Dan gangguan alat gerak.

• Sirkulasi
Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan
Adanya nyeri pada dada karena sumbatan pada Vena
Tanda : Peningkatan tekanan darah.
• Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena factor stress ( adanya
Gangguan pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran ) ,
Selain itu biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya,
Tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda : Menyangkal, Marah, Kasar,. Dan suka menyendiri.
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat
Berkemih. Dan poliurin
Perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah
Yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada
Peristaltik usus, serta adanya distensi abdomen
• Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, ( misalnya rendah
Tinggi lemak, adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia,
Mual / muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan
Perubahan pada turgor kulit.
• Hiegene
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain ,
Karena gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak
Dapat dilakuakan, malas mandi
Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
• Neurosensori
Gejala : Pusing,
Tanda : Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
• Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
Mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
Keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
• Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau
Pemajanan asbes.
• Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
Pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.
• Seksualitas
Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas
Karena adanya keterbatasan gerak.
• Interaksi social
Gejala : Menarik diri dari lingkungan social,
Karena adanya perubahan posisi dalam kedudukan Ketidakadekuatan system pendukung.
• Pembelajaran / Healt education
Gejala : memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai
Gejala – gejala, riwayat penyakit kanker keluarga, dan
Memberi pengertian kepada keluarga tentang upaya pengobatan
B. DIAGNOSA
• Kurang Pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik
a. Memberikan pendidikan pasien dan keluarganya mengenai proses dan diagnosis penanganan dan hasil yang mungkin dicapai.
b. Membantu pasien menyesuaikan diri dengan prosedur dan perubahan yang terjadi
c. Kepatuhan dan kerjasama terhadap program terapi harus didorong melalui pemahaman.
Tujuan :
a. Keluarga dan pasien dapat memahami tentang prosedur dan diagnosis, serta hasil yang akan dicapai
b. Keluarga dan pasien dapat bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur dan pelakasanaan terapi.
PERENCANAAN
 Intervensi
o Kaji pemahaman keluarga dan pasien mengenai proses penyakit, dan program terapi dan hasil yang akan terjadi
o Pertahankan lingkungan yang tenang dan menyenangkan
o Tatap wajah ketika berbicara dengan pasien
o Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara perlahan pada pasien
 Rasional
o Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang bagaimana proses serta terapi yang akan dijalani pasien serta memberikan informasi hasil yang akan dicapai.
o Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan factor penyebab stress pasien.
o Menimbulkan perhatian, terutama pada orang – orang dengan gangguan perceptual
o Meningkatkan kemungkinan pemahaman
Diagnosis
• Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
a. Pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologi ,
b. Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
Tujuan :
a. Perawat bekerja sama dengan pasien dalam merancang program manajemen nyeri yang paling efektif.
b. Pemberian analgetika opioid dan analgetika non- opioid digunakan selama periode pasca operasi awal untuk mengurangi nyeri.
 Intervensi
o Mengontrol nyeri dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dengan menggunakan teknik penatalaksanaan nyeri psikologik dan farmakologik.
o Perawat mempersiapkan pasien dan memberikan dukungan selama prosedur menyakitkan.
o Pemberian antiobiotika untuk penanganan nyeri pasca bedah.
 Rasional
o Perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk mengurangi rasa nyeri pasca operasi dengan menggunakan teknik seefektif mungkin.
o Memberikan dan mengontrol penggunaan antiobiotika baik yang opioid maupun non oipioid untuk penaganan nyeri pasca – bedah.
Diagnosis
• Risiko terhadap cedera: fraktur patologik yang berhubungan dengan tumor
Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ketitik dimana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur


Tujuan
a. memberikan pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang factor – factor yang mempengaruhi fraktur patologik
b. memberi pemahaman kepada keluarga tentang cara mengani nyeri yang ditimbulkan oleh fraktur
 Intervensi
a. menagani fraktur tulang dengan memberi sanggahan atau bidai agar nyeri akibat fraktur dapat kurangi
b. Pembatasan beban berat badan pada daerah fraktur
c. Memberikan penyangga berupa bidai atau gips sesuai dengan jenis fraktur
 Rasional
a. Fraktur tulang dapat ditangani dengan memberi sanggahan, dan nyeri dapat diminimalisir.
b. Daerah fraktur akan aman dari beban berat badan
c. Fraktur dapat tertutup jika fraktur terbuka dengan pemBerian gips.
Diagnosis
• Koping tidak efektif yang berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan system pendukung yang tidak adekuat.
a. Kaji tentang kekhawatiran keluarga dan pasien tentang rasa takut, keprihatinan, dan perasaan mereka.
b. Kaji tentang koping keluarga dan pasien tentang hasil yang dicapai pasca – operasi atau bedah.
Tujuan
Keluarga dan pasien mendapat dukungan dan perasaan menerima apapun hasil dari terapi yang dilakukan terhadap penyakit kanker tersebut.
 Intervensi
a. Memberikan dukungan dan perasaan diterima kembali dilingkungan agar mengurangi rasa putus asa, dan penolakan terhadap kenyataan.
b. Mengindikasikan pemberihan arahan kepada keluarga dan pasien dari psikiatri, ahli psikologi dan rohaniawan agar memperkuat koping pasien.
 Rasional
Pasien mau mengikuti semua prosedur dan terapi pengobatan serta siap menerima kenyataan setelah pengobatan dilakukan baik itu pasca – bedah maupun pasca operasi.
Diagnosis
• Gangguan harga diri yang berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
a. hilangnya bagian tubuh akan mempengaruhi harga diri pasien dan kinerja dalam keluarga tidak efektif lagi
b. keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri ,pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
Tujuan
Dapat memberi pemahaman kepada pasien bahwa posisi nya masih dibutuhkan dan penurunan harga diri tidak akan terjadi pada penderita pasca operasi.
 Intervensi
a. Keluarga harus didukung untuk menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan
b. Perubahan citra diri dari akibat pembedahan dan kemungkinan amputasi harus diketahui
c. Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas yang berhubungan dengan peran harus disampaikan.
d. Mendorong perawatan diri dan sosialisasi pasien
 Rasional
a. keluarga dan perawat bekerja sama untuk mendukung segala prosedur yang harus dilakukan untuk pasien agar tidak mengalami penurunan harga diri.
b. Keluarga dan pasien dapat menerima tentang perubahan kinerja aktivitas pasien pasca pengobatan
c. Pasien dapat melakukan perawatan diri dan bersosialisasi atau tidak menarik diri dari lingkungan.


 Penyimpangan KDM
Terdapat beberapa penyimpangan KDM yang sangat mencolok pada manifestasi penyakit kanker tulang yaitu dilihat dari jenis kanker dan lokalisasi dari kanker tesebut adapun penyimpangan khususnya dalam Bidang KDM ( Kebutuhan Dasar Manusia ) yaitu antara lain.:.
Jenis Kanker Tulang Gejala – gejala Penyimpangan KDM
Mieloma Multipel  Nyeri tulang
 Nyeri pinggang bawah
 Vertebra kolaps
 Anemia
 Cepat lelah
 Mudah terjadi fraktur  Gangguan pola istirahat / tidur
 Gangguan aktivitas
 Gangguan keselamatan dan keamanan
 Gangguan personal hygiene
Osteosarkoma  Anemia
 Nyeri
 Pembengkakan
 Keterbatasan gerak
 Nafsu makan berkurang
 Penurunan berat badan  Gangguan sirkulasi
 Gangguan pola istirahat
 Harga diri turun
 Menarik diri
 Gangguan pola makan
 Gangguan nutrisi
Sarcoma ewing  Nyeri, terdapat benjolan
 Demam
 leukositosis  Gangguan istirahat dan tidur
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Gangguan harga diri
Kondrosarkoma  Massa tanpa nyeri
 Deformitas femur,
 Deformitas pelvis, tulang iga dan gelang bahu.  Menarik diri dari masyarakat
 Gangguan mental berhubungan dengan stress
 Gangguan aktualisasi diri.
Fibrosarkoma  Pembengkakan
 Nyeri pada tulang
 Fraktur Fisiologis  Gangguan pola istirahat
 Gangguan harga diri
Kordoma  Nyeri
 Obstruksi uretra / rectum
 Gejala – gejala neurologist  Gangguan istirahat
 Gangguan eleminasi/bowel
 Gangguan kognitif.






















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker tulang ada dua macam yaitu
1. kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder : kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan berasal dari tulang.
contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. kanker tulang primer : merupakan kanker yang berasal dari tulang.
yang termasuk ke dalam kanker tulang primer adalah:
- mieloma multipel
- osteosarkoma
- fibrosarkoma & histiositoma fibrosa maligna
- kondrosarkoma
- tumor ewing
- Kordoma
3. Memahami lebih jauh tentang asuhan keperawatan kepada klien gangguan muskuluskuletal melalui proses keperawatan dimulai dari pengakajian sampai pada intervensi.
B . Saran
Kami bangga dengan cara ibu memberika tugas semacam ini sehingga kami termotivasi untuk selalu membaca beberapa literature yang selama ini kami belum sempat sentuh dan karena tugas ibu kami sedikit tahu tentang bagaimana penyakit – penyakit yang berkaitan dengan system muskuluskeletal,oleh karena itu kami dari kelompok VI berterima kasih kepada ibu atas ketersediaannya membimbing kami semoga ibu semakin sukses amin……,


DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth,2001, Keperawatan Medikal- Bedah, Vol 3 Edisi 8, Jakarta: EGC
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, Fatofisiologi,Edisi 4, Jakarta : EGC
Van De Velde, Bosman, Wagener, 1996, Onkologi, Edisi V,RSUP DR Sardjito: Yogyakarta.
www:/http@ Medicastore.Com
www:/ http Google . co.id
































SUBHAN ALFIAN
SUHARNI
SYARIFAH LISNA
RAMLAHWATI
ASMAR
SYARIFAH FAHMIA


AKADEMI KEPERAWATAN YAPENAS 21 MAROS
2009