HTML

materi kuliah

Selasa, 27 Juli 2010

ca cerviks

Tugas : Keperawatan Medikal Bedah II
Oleh : Yusran Haskas, S, KM







OLEH
KELOMPOK 4:

SURIANI NOUR SRIYANAH
OESRIYATI WALID NINA MAULIANA. D
RUSMAWATI LATIF MERLIS MAGDALENA
SERLINA TIKU RAHMAWATI
DEWI RAHMA NURWAQIAH
IRMAWATI SUDIANTO
HARJUM HASMIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2007
KATA PENGANTAR


Assalamu Alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah dengan segala rahmat dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas karunia, hidayah, reski dan kesempatan yang diberikan Kepada kami sehingga tugas membuat makalah ini terselesaikan. Makalah yang berjudul ”ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIKS ” ini merupakan tugas dari Dosen mata kuliah”KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II”sebagai tugas kelompok yang di berikan oleh Bapak Yusran Haskas, S.KM. Makalah yang penulis buat ini tidak lepas dari bantuan yang sangat mempengaruhi tersusunnya makalah ini,maka dari itu melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada :
1. Bapak Yusran Haskas, S.KM. Atas segala bimbingan dan arahan serta memberikan wawasan yang lebih luas bagi kami tentunya dengan keberadaan tugas ini, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
2. Kepada warnet atas infonya…
3. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
TERIMAKASIH Penulis berharap semoga segala bantuan yang diberikan mendapat berkah dari Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Sehubungan dengan itu penulis tetap membuka diri untuk menerima masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna Penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amien

Makassar, 03 Oktober 2007

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II KONSEP MEDIK
A. Definisi
B. Insiden
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Anatomi Fisiologi
F. Klasifikasi. 6
G. Manifestasi..................................................................................... 7
H. Prognosis........................................................................................ 7
I. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Patofisiologi
C. Skema Penyimpangan KDM
D. Diagnosa
E. Intervensi
F. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................
Daftar Pustaka...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Memang istilah "kanker" sendiri sudah pasti memberi kesan menakutkan dan menyeramkan. Laksana seorang terpidana menerima hukuman mati. . (Smlettzerr dan Bare, 2003).
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang tersering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker. selama 40 tahun terakhir, kanker serviks invasive telah menurun dari 45 kasus per 100.000 hingga 15 kasus per 100.000 wanita. Meskipun demikian, kondisi ini merupakan kanker reproduktif wanita ketiga yang paling umum, tidak termasuk kanke payudara. Kondisi ini paling sering trjadi pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi diusia dini yaitu 18 tahun. Aktivitas sexual berhubungan dengan amgka kejadian kanker serviks pada wanita di bawah usia 25 tahun. Aktivitas pasangan lebih dari satu orang dan beberapa kehamilan dini, angka kejadian ini prevalen. Penelitian menunjukkan bahwa tipe kanker ini kemungkinan diturunkan secara sexual. (Cermin dunia kedokteran, html, 2008).
Kejadiannya hampir 27 persen di antara penyakit kanker di Indonesia . Namun demikian lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati. Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks (Sylivia A Price, 2003).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan dikaji adalah asuhakn keperawatan penyakit keganasan khususnya ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN KLIEN CARSINOMA SERVIKS.

A. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan konsep medik dari karsinoma serviks yaitu terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik dan prognosis.
2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan karsinoma serviks yang terdiri dari : pengkajian, patofisiologi penyimpangan KDM, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implimentasi, evaluasi, dan rasional.

















BAB II
KONSEP MEDIK
A. Definisi
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.
B. Insidens
Penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kanker ginekologi
500.000 kasus ditemukan setiap tahun
Insiden lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan di negara maju.
Pada negara maju : urutan ketiga setelah kanker payudara dan endometrium.
Di Indonesia : urutan teratas dari 10 jenis kanker ginekologi
50% ditemukan pada stadium lanjut
Usia rata-rata adalah 51,4 tahun
Dapat ditemukan lebih dini, bila Pap Smear teratur
Jenis kanker ganas pertama yang berhasil diobati
C. Etiologi
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Faktor entrinsik diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di Asia.
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
Sering berganti-ganti pasangan seksual.
Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
Melahirkan banyak anak.
Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
Defisiensi vitamin A,C,E.
Higiene genitalia
D. Patofisiologi
PERUBAHAN FISIOLOGIK EPITEL SERVIKS
Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar; kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar.
Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.
PERUBAHAN NEOPLASTIK EPITEL SERVIKS
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK atau daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan matu-rasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.
E. Anatomi Fisiologi
Cerviks adalah bagian dari uterus, tetapi struktur dan fungsinya beda dengan corpus uteri. Cerviks membentuk sepertiga bagian bawah uterus. Cerviks masuk ke dalam vagina dengan sudut tegak lurus, dan kadang-kadang cerviksnya juga disebut sebagai colllum uteri. Pada orang dewasa panjang serviks 2,5 cm dan membentuk sepertiga panjang seluruh uterus.










F. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tantang karsinoma serviks adalah sbb:
Tahapan Lesi Lokasi Deskripsi
Tahap 0 Karsinoma in situ Kanker terbatas pada lapisan epitel; tidak terdapat bukti invasi.
Tahap 1 Karsinoma yang hanya benar-benar berada dalam serviks Ukuran bukan merupakan kriteria
Tahap I A Mikroinvasif
Tahap I B Secara klinis jelas merupakan tahap l
Tahap II Kanker vagina Lesi telah menyebar keluar serviks hingga mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah) atau area paraservikal pada saluran salah satu sisi atau ke dua sisi.
Tahap II A Hanya perluasan vagina
Tahap II B Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina
Tahap III Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis
Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor
Tahap III A Meluas sampai sepertiga bagian bawah vagina saja
Tahap III B Metastase karsinomatosa terisolasi yang dapat teraba pada dining pelvis
Tahap IV Perluasan kandung kemih



Perluasan rektal

Penyebaran jauh Bukti-bukti bahwa karsinoma mengenal kandung kemih tampak pada pemeriksaan sistoskopi atau oleh adanya fistulasi vesikovagina
Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya

*Dikutip dari the International Federation of Gynecology and Obstetrics









G. Manifestasi Klinis
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakuykan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atau timbul perdarahan lebih sering atau timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan disekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer,berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut :
Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan.
Nyeri panggul punggung dan tungkai.
Dari vagina keluar air kemih atau tinja, patah tulang.
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak meminimalkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear.
H. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak diobati atatu tidak memberikan respon terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu:
• Umur penderita
• Keadaan umum
• Stadium
• Gambaran histologik sel tumor
• Kemampuan ahli dalam pengobatan
• Sarana pengobatan yang ada
I. Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara pap smear atau juga dikenal sebagai tes Papanicolaou (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitif) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitodiagnosis didasarkan pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang dieksfoliasi atau dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan mikrobiopsi yang memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan sehat dan sakit. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi.

Biopsi . dilakukan di daerah abnormal jika SSK terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSK tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di dalam kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10 %.
Kolposkopi Cara pemeriksaan dengan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkopi adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, akan di ambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda.

Servikografi, terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak tampak kelainan abnormal, tidak memuaskan jika SSK tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara teknik jika servikogram tidak dapat dibaca (faktor kamera atau flash).
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan positif palsu 16%.
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu ke-rucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi harus selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat di-lakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan eksisi dilakukan di luar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar spesimen biopsi
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik
Pemeriksaan visual langsung. Pada daerah di mana fasilitas pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak ada, maka pemeriksaan visual langsung dapat digunakan untuk mendeteksi kanker secara dini.


















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan/atau keletihan
2. INTEGRITAS EGO
Gejala : Faktor Stress akan perubahan peran
Tanda : Menyangkal
Menarik diri
Marah
3. MAKANAN / CAIRAN
Gejala :Kurang nafsu makan.
Penurunan berat badan.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit
4. NYERI / KENYAMANAN
Gejala :Nyeri pada cervix yang bervariasi
Tanda :Respon autonomik, gelisah ,berhati – hati pada daerah yang sakit












B. Patofisiologi dan Penyimpangan KDM

Mutagen atau Bahan-Bahan Kimia Infeksi HPV (Human Papiloma Virus)

Sel tumbuh tidak fisiologik
dan tidak terkendali

Menginvasi & merusak
jaringan normal

KANKER SERVIKS Tindakan pembedahan

Kurang terpajan Metaplasia Amputasi Ekstemitas
Informasi ttg proses
penyakit & program terapi






Merangsang reseptor nyeri

Ansietas
Persepsi nyeri di hipotalamus








C. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup sebagai berikut:
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan genetalia dan status kesehatan umum.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan massa jaringan yang abnormal pada liang vagina (cervix)
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake yang adekuat, dan distress emosional.

D. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1 2
1. Kaji tingkat nyeri


2. Sadari depresi yang melemahkan

3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.

4. Kaji kulit yang berada di daerah cervix.

5. Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker leher rahim yang diresepkan yang diketahui mempengaruhi seksualitas. 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri dan sebagai indikator untuk melakukan tindakan selanjutnya.
2. Dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan.
3. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
4. Untuk mengathui adanya efek kemerahan atau kulit samak (reaksi radiasi).
5 . Dapat dijadikan pedoman antisipasi masalah akan kebutuhan seksualitas.




E. Evaluasi
Melaporkan penghilangan nyeri yang maximal / tak terkontrol.
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
Penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan normalisasi nutrisi
Mengungkapkan pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada seksualitas dan tindakan untuk memperbaiki/menghadapi masalah










BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker leher rahim (kanker serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/seviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
Penyebab langsung karsinoma serviks belum diketahui. Faktor entrinsik diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri. Lebih dari 95 persen kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual

B. Saran
Sebaiknya dalam pembuatan asuhan keperawatan masalah penyakit lainnya khususnya Kanker Serviks ini, Dosen bersangkutan dapat membimbing kami lebih baik dan mudah-mudahan makalah kelompok kami ini dapat berguna di bidang kesehatan khususnya keperawatan.


















DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Carsinoma Serviks
http//: www. Medicastore.com
Gunning Ham Garry, dkk, 2006, Obstetri Williams, vol 2, Edisi 21, Jakarta, EGC.
Mansjoer Arif M, dkk, Kapita selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi ketiga, Jakarta, Media Aesculapius.
Price A sylivia, Willson M Lorraine, 2005, Patofisiologi, vol 2, Edisi 6, Jakarta, EGC.
Verralls Sylivia , 2003, Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi 3, Jakarta, EGC.













F.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar