HTML

materi kuliah

Selasa, 27 Juli 2010

KTI KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian
Kesehatan Lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup : perumahan, pembuangan kotoran manusia atau tinja, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. (Notoatmojo Soekidjo, hal 147)
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO (1972) secara umum dapat dikelompokkan :
a. Masalah perumahan
b. Masalah barang atau benda sisa / bekas seperti air limbah, sampah tinja.
c. Masalah makanan dan minuman
d. Masalah air
e. Masalah pencemaran udara, tanah, dan air.
f. Masalah pengawasan.
2. Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia karena sebagian besar waktu kehidupan manusia dihabiskan dirumah.
a. Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah.
1). Faktor lingkungan, pembangunan rumah harus memperhatikan lingkun gan tempat rumah itu didirikan dan rumah tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang tinggal didalamnya merasa aman dan nyaman.
2). Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat, hal ini dimaksudkan rumah yang dijamin berdasarkan kemampuan penghuninya, berasal dari bahan-bahan setempat yang murah misalnya bambu, kayu atau rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah.
3). Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat
Pada dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu moderen. Akan tetapi teknologi moderen itu sangat mahal dan kadang-kadang tidak dimengerti oleh masyarakat.Rakyat pedesaan bagaimanapun sederhananya, sudah mempunyai teknologi perumahan sendiri yang dipunyai turun temurun
4). Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah. Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem, namun dikota sudah menjadi masalah yang besar
b. Syarat – syarat rumah yang sehat
1) Bahan bangunan
a) Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Seperti lantai dari ubin, semen, atau papan.
b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk di daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding dari papan. Sebab mungkin jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut merupakan ventilasi dan dapat menambah penerangan alamiah.
c) Atap genteng adalah umum dipakai baik didaerah perkotaan maupun di pedesaan. Disamping atap genteng adalah cocok untuk di daerah tropis, juga dapat dijangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbau atau daun kelapa dapat dipertahankan.
d) Lain-lainnya : Seperti tiang yang terbuat dari kayu atau bambu, umumnya pada rumah pedesaan.
2) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Pertama untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tetap segar.
Ada 2 macam ventilasi yaitu :
a) Ventilasi alamiah, dimana aliran udara didalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. dipihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya kedalam rumah. untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara, tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah dipedesaan.

3) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman juga merupakan media/tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya jika terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Cahaya alamiah, yaitu matahari yang masuk ke dalam rumah sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup melalui jendela yang mempunyai luas sekurang-kurangnya 15 % sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat dalam rumah.
b) Cahaya buatan, yakni menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4) Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan penghuninya. Luas bangunan yang optimum 2,2 sampai 3 meter persegi untuk tiap orang.
5) Fasilitas-fasilitas di dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas berikut :
a) Penyediaan air bersih yang cukup.
b) Pembuangan tinja
c) Pembuangan air limbah (air bekas)
d) Pembuangan sampah
e) Fasilitas dapur
f) Ruang berkumpul keluarga
g) Gudang, tempat menyimpan hasil panen.
h) Kandang ternak harus terpisah dari rumah tempat tinggal.
3. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia, Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. menurut perhitungan WHO di negara-negara manapun tiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter/hari, sedangkan dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 – 60 liter/ hari. Diantara kegunaan air tesebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum, syarat-syarat air minum yang sehat :


a. Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa, tidak berbau.
b. Syarat bakteriologis artinya bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen adalah dengan pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
c. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula kekurangannya atau kelebihan salah satu zat kimia di dalam air akan menyebabkan gangguan psikologis pada manusia. Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal antara lain sebagai berikut :
Tabel 1. Bahan zat kimia yang ideal dalam air.
Jenis Bahan Kadar yang diberikan (mg/liter)
Fluor (F) 1 – 15 mg/liter
Chort (CI) 250 mg/liter
Arsent (As) 0,05 mg/liter
Tembaga (Cu) 1,0 mg/liter
Besi (Fe) 0,3 mg/liter
Zat organic 10 mg/liter
Ph, (keasaman) 6,5 – 90 mg/liter
CO2 0 mg/liter

Sumber : Ilmu Kesehatan Masyarakat (Notoatmojo, 2003, Hal : 140)
Sumber-sumber air
1. Air hujan
2. Air sungai
3. Danau
4. Mata air
5. Air sumur dangkal
6. Air sumur dalam
4. Pembuangan Kotoran Manusia
Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini membentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia didalam hal ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang umumnya disebut latrine (jamban / kakus).

Gambar 1. Ilustrasi penyebaran penyakit yang bersumber pada feaces.










Dari skema diatas tampak jelas bahwa peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar.
a. Pengelolaan pembuangan kotoran manusia
Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban yang disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan sekitarnya
3) Tidak mengotori tanah sekitarnya
4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau
6) Mudah digunakan dan dipelihara
7) Sederhana desainnya
8) Murah
9) Dapat diterima oleh pemakainya.
Agar persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai kerikut :
1) Sebaiknya jamban harus tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lainnya, terlindung dari pandangan orang (privacy).
2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat dan tempat berpijak yang kuat.
3) Bangunan jamban sedapat mungkin di tempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan dan tidak menimbulkan bau.
4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air dan kertas pembersih.
b. Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana
Tipe-tipe jamban sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain sebagai berikut :
1) Jamban cemplung, kakus (pit laterin)
yang perlu diperhatikan pada jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam karena dapat mengotori air tanah dibawahnya. jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
Gambar 2. Skema jamban cemplung









2) Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved latrina = VIP)
Gambar 3. Skema cemplung berventilasi






3) Jamban empang (fishpond itrine)
Jamban empang mempunyai fungsi disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein masyarakat (menghasilkan empang)
Gambar 4. Skema Jamban empang (fishpond latrine)








4) Jamban pupuk (the compost privy)
Gambar 5. Skema jamban pupuk (the compost privy)








5) Septik tank
Gambar 6. Skema septic tank








5. Sampah dan Pengelolaannya
Sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia. Pada ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah adalah sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
a. Sumber-sumber sampah
1) Sampah yang berasal dari pemukiman : terdiri dari bahan-bahan yang sudah dibuang seperti sisa-sisa makanan, pakaian bekas, perabot rumah tangga dll.
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum : seperti pasar, tempat hiburan, terminal dan sebagainya. sampahnya dapat berupa kertas, plastik, botol dll.
3) Sampah yang berasal dari perkantoran : berupa kertas-kertas, plastik, karbon dll.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya : terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, batu-batuan, pasir, daun-daunan dll.
5) Sampah yang berasal dari industri : seperti sampah sampah pengepakan, logam, plastic, potongan tekstil, kaleng dll.
6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan, misalnya : jerami, batang padi, ranting kayu yang patah dll.
7) Sampah yang berasal dari pertambangan, misalnya batu-batuan, pasir, arang dll.
8) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan, misalnya : kotoran ternak, bangkai binatang dll.
b. Pengolahan sampah
Cara – cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut :
1) Pengumpulan (refuse collection) dan pengangkutan sampah.
2) Pemusnahan dan pengelolaan sampah.
a). Ditanah (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah
b) Dibakar (incenertion), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran (incinerator)
c). Dijadikan pupuk (composting)
6. Air Limbah
Air limbah atau air buangan sisa adalah sisa air yang dibuang, berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mangandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada (Haryono Kusnoputranto).
a. Karakteristik air limbah
1) Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga yang biasanya berwarna suram seperti larutan sabun dan berbau.
2) Karekteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah lainnya.
3) Karakteristik bakteriologi
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air limbah. Sesuai dengan zat-zat yang terkandung di dalam air limbah maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:
(a). Menjadi transmisi atau media penyebaran penyakit, terutama kholera, typhus abdominalis, desentri baciler.
(b). Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen
(c). Menjadi tempat-tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk
(d). Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap
(e). Mengurangi produktifitas manusia, karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan sebagainya.


b. Cara pengolahan air limbah secara sedehana
1) Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai menjadi/mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian dibuang ke badan-badan air.
2) Kolam oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari , ganggang, bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-3 meter. Dinding dan dasar kolam tidak usah diberi lapisan. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan didaerah yang terbuka.

Gambar 7. Kolam oksidasi (Notoatmojo Soekidjo, 2003 hal, 173)







3) Irigasi
Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali dan air yang akan merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut
c. Syarat-syarat SPAL
1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum
2) Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah
3) Tidak menyebabkan pencemaran air untuk mandi, perikanan, sungai dan tempat-tempat rekreasi.
4) Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyakit dan faktor.
5) Tidak terbuka karena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dicapai oleh anak-anak.
6). Baunya tidak mengganggu.






B. Konsep Dasar Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu termasuk kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.
1. Pengertian
Personal Hygiene atau kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. (Tarwoto & Wartonah, 2006, Hal : 78).
Personal Hygiene adalah suatu cara atau usaha untuk membersihkan diri dari segala kotoran dengan cara mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan mengganti pakaian setiap hari. (Depkes, 1997).
2. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006, Hal : 79) tujuannya yaitu :
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki Personal Hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan.
3. Cara Membersihkan Diri
a. Mandi
Mandi dua kali sehari bermanfaat untuk menjaga kesegaran dan kenyamanan kulit mencegah berbagai penyakit kulit, memperlancar peredaran darah. Mandi yang dianjurkan dengan menggunakan air yang bersih, memakai sabun mandi, dan menggosok seluruh kotoran tubuh sampai bersih.
b. Mencuci rambut
Untuk menjaga agar rambut kelihatan bersih dan tidak berketombe dianjurkan minimal keramas dua kali seminggu dengan memakai shampo agar rambut tumbuh subur dan berkilau
c. Menyikat gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga denga cara menggosok gigi minimal tiga kali sehari dengan menggunakan sikat gigi yang mempunyai bulu halus serta memakai pasta gigi. tujuan menyikat gigi untuk menghilangkan plak yang dapat menyebabkan gigi berlubang (caries) penyebab sakit gigi.
d. Mengganti pakaian dengan pakaian yang bersih
Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian yang bersih merupakan salah satu syarat kebersihan diri, karena jika pakaian yang kita pakai kotor walaupun kita mandi beberapa kali badan kita tetap kotor, bau dan penyakit mudah berjangkit.
Dampak kebersihan diri yang kurang dapat berakibat pada segala aspek kehidupan termasuk mengganggu tumbuh kembang anak. Sebagai contoh anak yang cacingan karena kurang bersih akan berpengaruh pada asupan gizi yang nantinya akan berdampak pada proses belajar anak, anak malas belajar, malas makan dan akan lemah. ( Depkes, 1997).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.


d. Pengetahuan
Pengetahuan sangat penting karena dengan pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. misalnya penderita penyakit DM ia harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang menggunakn produk tertentu dalam perawatan diri, seperti pengguanaan sabun, shampoo, dan lain-lain.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
(Tarwoto & Wartonah, 2006, Hal : 80).
5. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. (Tarwoto & Wartonah, 2006, Hal: 78).
C. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Keluarga yaitu kumpulan dua orang atau lebih yang berkumpul dan hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998, dikutip oleh Suprajitno, 2004 hal 1)
a. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
b. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.



c. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu.
d. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
e. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
f. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
g. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.
(catatan stikes cnd langsa: konsep keluarga dalam keperawatan,http://www.facebook.com/note.php?note_id=18137911696 )
h. Burgess dkk (1963) dan Fredman (2001),
membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi.
2) Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam suatu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, Saudara-saudari.
4) Keluarga sama-sama menggunankan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri tersendiri.

2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri
3. Tipe / Bentuk Keluarga
a. Keluarga ini (Nuclear Family), adalah yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak, saudara, misalnya nenek, kakek. keponakan, saudara, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c. Keluarga Berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda / janda (single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian..
e. Keluarga berkomposisi (composite), adalah keluarga yang perkawinannya poligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (chabatitation), adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
g. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
h. Single parents, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
i. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone)
j. Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri berusia lanjut.
4. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dijalankan keluarga (Effendy, 1998) sebagai berikut:

a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberi kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberi perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan dan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosiologi
1) Membina sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomi
1) Fungsi sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya.
e. Fungsi Pendidikan.
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap perkembangan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga; tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak; tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi; dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada orang tuanya.Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah; pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma – norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma sosial budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah; dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajak anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiarkan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja; tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat; setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kembali; setelah anak besar dan menempuh keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress
i. Tahap masa tua; tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
D. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Keluarga
1. Pengertian
a. Berdasarkan hasil lokakarya keperawatan, Januari 1983 yang dikutip Drs. Nasrul Effendy dalam buku dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat,hal. 7. Perawatan adalah suatu bentuk pelayanan dibidang kesehatan yang di dasari ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat sejak lahir hingga meninggal.
b. Christina Ibrahim, 1986 yang dikutip dari Nasrul Effendy dalam buku dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat Hal. 6. Kesehatan adalah keadaan dinamis dalam siklus hidup dan memperoleh adaptasi terus menerus terhadap stress.
c. S. G. Bailon dan Araclis M., 1989 yang dikutip Drs. Nasrul Effendy dalam buku dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat Hal. 32-33. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
d. Perawatan kesehatan keluarga (family health nursing) adalah perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan kepada keluarga sebagai unit kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai sasarannya, (Salvision G Baylon dan Arcelis Maglaya, 1978).
Berdasarkan definisi tersebut di atas bahwa keperawatan kesehatan keluarga adalah suatu proses yang dilakukan oleh tenaga perawat profesional dengan menggunakan metode yang sistematis yang ditujukan kepada keluarga sebagai suatu kesatuan agar dapat hidup sejahtera dan produktif.
2. Keluarga sebagai unit pelayanan perawatan
Keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.
Beberapa alasan keluarga sebagai unit pelayanan adalah :
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompok
c. Masalah-masalah kesehatan keluarga sering berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara para anggotanya.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.
(Menurut Freeman, 1981, dalam Effendy 1998)
3. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.
4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
5) Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.
4. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam memelihara kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
5 (Lima) tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga ini ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan yang timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada.
(Freeman 1981 dalam Effendy 1989 : 42)
Keluarga yang sanggup melaksanakan tugas-tugas kesehatan yang tercantum diatas dapat dikatakan sanggup mengatasi dengan baik masalah kesehatan dan dengan demikian hanya memerlukan pengawasan dan bimbingan dari petugas kesehatan.
5. Peranan Perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
a. Pemberian asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.
c. Koordinator pelayanan dan kebutuhan kesehatan keluarga.
d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dalam membantu mencarikan jalan pemecahannya.
e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.
f. Penyuluh dan konsultan, perawatan dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan perawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah – masalah kesehatan keluarga.
(Nasrul Effendy , 1998. hal 43)
6. Hambatan
Hambatan yang paling besar yang dihadapi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah :
a. Hambatan dari keluarga :
1) Pendidikan keluarga yang rendah.
2) Keterbatasan sumber – sumber daya keluarga (keuangan, saran dan prasarana)
3) Kebiasaan-kebiasaan yang melekat.
4) Sosial budaya yang tidak menunjang.
b. Hambatan dari perawat :
1) Saran dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi seperti transportasi.
2) Kondisi alam (geografi yang sulit).
3) Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
4) Keterbatasn pengetahuan perawatan tentang kultur keluarga.
7. Prinsip - prinsip perawatan keluarga
Prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar / perawatan rumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi
(Effendy 1998 : 44)
E. Proses Keperawatan Kesehatan Keluarga
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengurangi dan menentukan masalah kesehatan dan perawatan, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dievaluasi mutu dan hasil asuhan yang dilaksanakan terhadap keluarga.
(Effendy 1998 : 46)
Adapun tahap-tahap proses keperawatan adalah sebagai berikut :



1. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan perawat untuk mengukur keadaan pasien atau keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial. Yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
Adapun norma yang digunakan untuk menemukan status kesehatan keluarga adalah :
a. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
b. Keadaan rumah dan lingkungan yang membawa kepada peningkatan kesehatan keluarga.
c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan
Tahap pengkajian terdiri atas :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :
1) Wawancara : Pengamatan terhadap hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan dan sebagainya.
2) Pengamatan : Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
3) Study dokumentasi : Studi berkaitan dengan perkembangan kesehatan anak, diantaranya kartu menuju sehat (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.
4) Pemeriksaan fisik : Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik; kehamilan, kelainan organ dan tanda-tanda penyakit.
Data – data yang dikumpulkan meliputi hal-hal :
1) Idetitas keluarga
2) Riwayat kesehatan keluarga, baik yang sedang dialami maupun yang pernah dialami
3) Anggota keluarga
4) Jarak antara lokasi rumah dengan fasilitas kesehatan yang ada.
5) Keadaan keluarga meliputi : biologis, psikologis, sosial, cultural, spiritual, lingkungan dan data penunjang lainnya.
b. Analisa Data
Dapat melihat perkembangan kesehatan keluarga, perlu menggunakan 3 norma untuk membuat analisa.
1). Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
c) Keadaan gizi anggota keluarga
d) Status imunisasi anggota keluarga
e) Kehamilan dan keluarga berencana
2). Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
a) Rumah : ventilasi, penerangan, kebersihan, kontruksi, luas rumah dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga dan sebagainya
b) Sumber air minum
c) Jamban keluarga
d) Tempat pembuangan air limbah.
e) Pemanfaatan pekarangan dan sebagainya
3). Karakteristik keluarga
a) Sifat keluarga
b) Dinamika dalam keluarga
c) Interaksi antar anggota keluarga
d) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.
e) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
c. Perumusan Masalah.
Setelah data dianalisa, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut.
Perumusan masalah kesehatan keluarga dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Disamping melalui diskusi-diskusi diantara perawat dengan mempertimbangkan situasi dan sumber daya yang ada pada keluarga.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang perawat selalu mengacu kepada topologi masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Dalam topologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu :
1). Ancaman kesehatan; adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Yang termasuk dalam ancaman kesehatan adalah:
a) Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes mellitus, hipersentivitas dan sebagainya.
b) Keluarga/anggota keluarga yang menderita penyakit menular, seperti TBC, hepatitis, dan sebagainya
c) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
d) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya keluarga.
e) Sanitasi lingkungan buruk.
f) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.
g) Tempat pembuangan tinja mencemari sumber air minum
h) Tempat / selokan pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
i) Polusi udara
j) Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan,
k) Hygiene personal kurang.
l) Merokok
m) Tidak memakai alas kaki
n) Merokok
o) Kebiasaan makan daging mentah
2). Kurang atau tidak sehat; adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk didalamnya adalah :
a) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum di diagnosa
b) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
3). Situasi krisis; adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Yang termasuk dalam situasi krisis adalah :
a) Perkawinan
b) Kehamilan
c) Menjadi orang tua
d) Penambahan anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir
e) Kehilangan pekerjaan
f) Pindah rumah
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor yang mempertahankan respon / tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan keluarga, ditetapkan berdasarkan faktor risiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau masalah kesehatan keluarga serta mempertimbangkan kemampuan keluarga dalam mengatasi kesehatan tersebut. Diagnosa keperawatan ditegakkan dengan menggunakan formulasi PES (Problem, Etiologi, dan Sign)
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan :
a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan karena :
1). Kurang pengetahuan / ketidaktahuan faktanya
2). Sikap dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena :
1). Tidak memahami mengenai sifat, besar dan luasnya masalah
2). Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3). Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga.
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
1). Tidak mengetahui keadaan penyakit.
2). Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3). Sikap dan pandangan hidup
d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena :
1). Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
2). Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
3). Sikap dan pandangan hidup.
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1). Tidak memahami keuntungan yang diperoleh.
2). Sikap dan falsafah hidup
3. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai berikut :
a. Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam keluarga dapat diatasi sekaligus.
b. Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.
c. Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang akan diberikan.
d. Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
e. Sumber daya keluarga yang dapat menunjang pemecahan masalah kesehatan / keperawatan keluarga.
f. Pengetahuan dan kebudayaan keluarga
Kriteria prioritas masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan kepada beberapa kriteria, sebagai berikut :
a. Sifat masalah, dikelompokkan menjadi :
1). Ancaman kesehatan
2). Keadaan sehat dan kurang sehat.
3). Situasi krisis
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah, adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
c. Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
d. Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal besarnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.
Skala prioritas dalam menyusun masalah keperawatan
Untuk dapat menentukan prioritas kesehatan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas seperti yang terlihat dalam tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Skala penyusunan keluarga sesuai dengan prioritas.
No Kiteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
Skala :
Tidak / kurang sehat
Ancaman kesehatan
Krisis

3
2
1 1
2. Kemungkinan masalah dapat dirubah.
Skala :
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat

2
1
0 2
3.
Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi
Cukup
Rendah

3
2
1 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat harus ditangani
Masalah yang tidak perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan

2
1
0 1

Sumber : Sri Setyowati, 2008 Hal : 99
Skoring :
a. Tentukan skor untuk setiap criteria
b. Skor dibagi angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot


c. Jumlahkan skor untuk semua criteria
d. Skor tertinggi adalah 5, dan semua untuk seluruh bobot
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas :
1) Sifat masalah, dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling besar diberikan kepada pertumbuhan sakit atau yang mengancam kehidupan keluarga, yaitu keadaan sakit atau pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan usia, kemudian baru diberikan kepada hal – hal yang mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya pada situasi kritis dalam keluarga dimana terjadi situasi yang menuntut penyesuaian dalam keluarga.
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah, faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dapat dirubah adalah :
a) Pengetahuan, teknologi dan tindakan-tindakan untuk menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana, dan prasarana.
c) Sumber daya perawatan diantaranya adalah, pengetahuan, keterampilan, dan posyandu.
d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti posyandu, puskesmas dan sebagainya.
3) Potensi masalah untuk dicegah, hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah adalah :
a) Kesulitan masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah.
b) Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah. Lamanya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah masalah yang menimpa keluarga dan potensi masalah untuk dicegah.
c) Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan untuk mencegah dan memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.
d) Adanya kelompok risiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah di identifikasi :
Ciri – ciri rencana perawatan keluarga adalah :
a. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi.
b. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan pikiran yang logis.
c. Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.
d. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi.
e. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai kekurangan.
f. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan.
a. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka, melalui :
1). Memperluas pengetahuan keluarga melalui penyuluhan kesehatan.
2). Membantu keluarga melihat situasi dan akibat situasi tersebut.
3). Mengkaitkan kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga
4). Mengembangkan sifat positif dalam keluarga
b. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan
1). Merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila mereka tidak mengambil tindakan.
2). Memperkenalkan kepada keluarga tentang alternaif yang dapat mereka pilih dan sumber – sumber yang diperlukan dalam melakukan tindakan keperawatan.
3). Merundingkan dengan keluarga akibat dari tindakan atau kemungkinan efek yang mungkin timbul.
c. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat.
1). Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
2). Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan kepribadian para anggotanya.
3). Membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah dengan menolong keluarga memperbaiki yang sudah ada.
4). Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi saling pengertian yang mendalam.
5). Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan psikologis para anggotanya.
6). Mencegah rintangan-rintangan dalam mengadakan rujukan
7). Perawat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang sumber-sumber daya yang ada di masyarakat dan bagaimana memanfaatkannya.


5. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah :
a. Sumber daya keluarga (keuangan)
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
6. Evaluasi / Penilaian
Penilaian merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :
a. Tujuan tidak realistis
b. Tindakan keperawatan yang tidak tepat.
c. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar